Pendidikan

UB Ciptakan Alat Pendeteksi Cacat Botol Berbasis AI

Senin, 06 Januari 2025 - 12:19 | 26.05k
Prof Agus Naba dan mahasiswanya saat menunjukkan alat inovatif yang dia buat. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Prof Agus Naba dan mahasiswanya saat menunjukkan alat inovatif yang dia buat. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Dosen Universitas Brawijaya (UB) membuat sebuah alat pendeteksi cacat botol berbasis AI. Alat inovatif buatan tim dosen dan mahasiswa yang dipimpin oleh Prof Agus Naba dari Fakuktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini dikerjasamakan dengan PT Philip yang memproduksi botol susu bayi.

Menurut Prof. Agus Naba, proyek ini dilaksanakan melalui program Matching Fund tahun 2023. PT Philip sebelumnya menghadapi masalah dalam mendeteksi cacat botol secara manual, yang menyebabkan tingkat kesalahan mencapai 25%. Kerugian akibat kesalahan tersebut diperkirakan mencapai Rp3,6 miliar per tahun.

Advertisement

“Mereka memeriksa botol secara manual, satu per satu, yang tentu memiliki tingkat kesalahan cukup tinggi. Akhirnya kami mengusulkan menggunakan AI dengan kamera dan robot untuk mendeteksi cacat. Dengan metode ini, akurasi mencapai 92%, jauh lebih baik dibandingkan metode manual,” jelasnya.

Alat ini menggunakan kamera untuk memindai botol, kemudian robot secara otomatis memeriksa cacat seperti warna buram, goresan, atau tulisan yang tidak sempurna. Dibandingkan deteksi manual yang hanya memiliki akurasi sekitar 75%, teknologi AI mampu memberikan akurasi lebih tinggi, sekaligus bekerja 24 jam tanpa henti.

“Keuntungan lainnya, AI tidak mengalami kelelahan seperti manusia. Jadi, operasionalnya bisa berlangsung terus-menerus, meningkatkan efisiensi dan kualitas,” tambah Prof. Agus.

Meski alat ini sudah diserahkan ke PT Philip, proses justifikasi dan verifikasi masih berlangsung sebelum digunakan dalam produksi skala penuh.

Cacat yang terdeteksi oleh alat ini meliputi warna botol yang buram, goresan, hingga kesalahan pada cetakan logo atau tulisan. Produk botol susu bayi dari PT Philip sebagian besar diekspor dengan harga per botol mencapai Rp100 ribu. Dengan harga yang cukup tinggi, standar kualitas produk menjadi prioritas utama perusahaan.

“Karena barang mereka diekspor, kualitas harus terjamin. Maka, alat ini sangat membantu perusahaan untuk memastikan tidak ada cacat yang terlewat,” kata Prof. Agus.

Meski alat ini dirancang khusus untuk mendeteksi cacat pada botol susu, sistemnya dapat dimodifikasi untuk produk lain dengan membuat model AI baru. Saat ini, alat tersebut masih berada di laboratorium UB, sementara PT Philip menerima perangkat lunak dan model AI untuk diimplementasikan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES