
TIMESINDONESIA, PACITAN – Di awal 1500-an, ada pelaut Eropa bernama Duarte Barbosa yang singgah di Pulau Jawa. Apa yang ia temukan? Jangan bayangkan orang-orang primitif berjongkok di pinggir pantai. Yang ia lihat adalah masyarakat dengan berbagai keahlian dengan peradaban maju.
Barbosa bahkan mencatat, orang Jawa sudah bikin senjata api. Ya, senjata api! Bukan cuma buat perang-perangan, tapi teknologi yang sampai diakui dunia.
Advertisement
Di Demak, Barbosa menyaksikan pengecoran meriam besar. Bayangkan, saat Eropa sibuk menaklukkan dunia dengan mesiu, di sini orang Jawa sudah jadi pembuat senjata canggih.
Meriam buatan Jawa bahkan dipakai oleh tentara Dinasti Ming. Dunia pun tahu, orang Jawa bukan sekadar petani di sawah.
Selain bikin meriam, orang Jawa punya satu profesi yang bikin kagum, yakni pandai besi. Tapi jangan bayangkan mereka cuma bikin golok atau parang biasa.
Pandai besi di Jawa bikin keris yang dihias emas dan gading. Keris ini bukan sembarang senjata, tapi simbol status, budaya, bahkan mistik.
Membuatnya pun butuh waktu bertahun-tahun, membuktikan betapa seriusnya mereka menjaga tradisi.
Dan bukan cuma besi, tangan-tangan mereka juga mahir mengolah kayu. Tukang kayu Jawa terkenal ulung. Rumah-rumah, kapal, sampai ornamen yang dibuat mereka, bukan hanya kokoh tapi juga penuh seni.
Orang Jawa juga dikenal sebagai pelaut ulung. Laut adalah halaman depan mereka. Tak ada ombak yang terlalu besar untuk dilawan. Di darat, mereka adalah pemburu yang tak kenal lelah, menaklukkan hutan demi kebutuhan hidup.
Dan di tengah semuanya, ada perempuan Jawa. Barbosa menggambarkan mereka sebagai sosok menarik, pekerja keras, dan beradab tinggi.
Di zaman itu, ketika banyak masyarakat dunia masih meremehkan perempuan, di Jawa mereka sudah memainkan peran besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Cerita Barbosa tidak berhenti di keahlian orang Jawa. Ia mencatat nama Patevdara sebagai Raja Majapahit.
Tapi tunggu dulu, Patevdara ini sebenarnya Mahapatih Majapahit. Artinya, ada kemungkinan ia menggulingkan raja sebelumnya, Rana Wijaya, sekitar tahun 1515-1516.
Kalau benar, ini adalah drama politik tingkat tinggi. Sebuah kudeta yang mungkin dilakukan tanpa darah, tapi jelas mengubah wajah Majapahit.
Pelajaran dari Sejarah
Kisah ini bukan cuma catatan masa lalu. Ia adalah pengingat, bahwa masyarakat Jawa di masa itu sudah punya peradaban yang maju. Mereka bukan hanya hidup, tapi menciptakan. Dari meriam hingga keris berhias emas, dari pelaut pemberani hingga perempuan pekerja keras, mereka meninggalkan jejak yang layak dikenang.
Dan yang paling penting, kisah ini membuktikan bahwa orang Jawa tidak pernah main-main dalam hidupnya. Mereka bekerja, mencipta, dan bahkan berpolitik dengan cara yang membuat dunia menoleh. Kalau sekarang kita mulai lupa akan sejarah ini, siapa yang sebenarnya kalah? (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rizal Dani |