Ratusan Sekolah di Pacitan Rusak, Perbaikan Terancam Gagal

TIMESINDONESIA, PACITAN – Pendidikan kita, katanya, adalah jalan menuju pencerahan. Tapi apa jadinya kalau jalan menuju pencerahan itu berlubang di sana-sini? Di Pacitan, ratusan sekolah yang rusak parah kini terancam gagal diperbaiki. Apa sebab? Bukan karena kurang niat, bukan juga lantaran kurang semangat. Biangnya, surat edaran!
Ya, surat edaran bersama (SEB) dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan yang terbit 11 Desember 2024 jadi pangkalnya.
Advertisement
Surat itu, yang isinya mengatur soal transfer keuangan daerah (TKD) tahun anggaran 2025, mewajibkan pencadangan anggaran yang harus direviu ulang.
Alhasil, semua rencana indah untuk memperbaiki sekolah yang rusak pasca diterjang bencana alam terpaksa disandera.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Pacitan, Wahyono mengisahkan persoalan ini dengan nada getir. Ada 50 sekolah dasar dan 8 sekolah menengah pertama yang masuk daftar prioritas perbaikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
Di luar itu, ada 100 sekolah lain yang diajukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Kurang lebih ada 50 SD dan 8 SMP yang kita ajukan untuk diperbaiki lewat DAK. Untuk APBD, kita usulkan perbaikan pagar, talut, kamar mandi, sampai paving halaman di 100 sekolah,” ujar Wahyono, Kamis (23/1/2025).
Namun, dengan adanya kebijakan pencadangan dana, ia khawatir semuanya hanya akan jadi rencana tanpa aksi.
“Kalau sampai terjadi pemangkasan, rehabilitasi ini bisa tertunda, bahkan batal,” tambahnya.
Apa dampaknya jika perbaikan ini tak kunjung dilakukan? Jangan kira cuma bangku reyot atau atap bocor yang jadi masalah. Ini soal masa depan anak bangsa!
“Kalau pemangkasan terjadi, dampaknya panjang. Layanan pendidikan pasti menurun. Siswa dan guru yang sudah menunggu perbaikan harus bersabar lebih lama lagi,” tutur Wahyono.
Namun, ia meminta masyarakat tidak kehilangan akal sehat. Sekolah-sekolah yang rusak tetap diminta berusaha menjalankan pembelajaran dengan maksimal, meski fasilitas seadanya.
“Kami meminta semua pihak memahami situasi ini. Guru, siswa, dan masyarakat harus tetap bijak dan terus melanjutkan pembelajaran sebaik mungkin,” imbaunya.
Situasi ini memang menyesakkan. Tapi, harapan tak boleh hilang. Wahyono berharap pemerintah pusat mau memikirkan ulang kebijakan ini agar pendidikan di Pacitan tidak semakin terpuruk.
“Pendidikan itu investasi. Kalau kita abaikan sekarang, dampaknya panjang sekali. Kami berharap ada jalan keluar agar perbaikan ini tetap bisa terlaksana,” pungkasnya.
Begitulah, nasib pendidikan kita di Pacitan. Surat edaran kecil dari Jakarta membawa dampak besar di daerah. Ratusan sekolah rusak kini hanya bisa menunggu. Menunggu keputusan, menunggu anggaran, dan mungkin, menunggu keajaiban. Tapi, bisakah masa depan anak-anak ini menunggu lebih lama lagi? Kita berharap jawabannya tidak. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |