Pendidikan

Gerakan Mengajar Desa di Tulungagung, Upaya Membangun Pendidikan di Pelosok Indonesia

Selasa, 28 Januari 2025 - 10:55 | 88.20k
Suasana kegiatan belajar mengajar dan praktik di kelas 5 SDN 5 Pucanglaban dengan para Tutor Inspiratif Gerakan Mengajar Desa Tulungagung  (21/1/2025) (Foto: Tim Gerakan Mengajar Desa Tulungagung 2025)
Suasana kegiatan belajar mengajar dan praktik di kelas 5 SDN 5 Pucanglaban dengan para Tutor Inspiratif Gerakan Mengajar Desa Tulungagung (21/1/2025) (Foto: Tim Gerakan Mengajar Desa Tulungagung 2025)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TULUNGAGUNG – Menurut Worldtop20.org pada tahun 2023 Indonesia menempati peringkat ke-67 dari 203 negara di dunia. Angka tersebut tentu saja bukan merupakan angka yang cukup baik dan memuaskan. Peringkat tersebut diambil berdasarkan lima tingkat pendidikan yaitu tingkat pendaftaran sekolah anak usia dini, penyelesaian sekolah dasar, penyelesaian sekolah menengah, tingkat kelulusan SMA, dan tingkat kelulusan perguruan tinggi.

Mengingat masih rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia sebuah Yayasan Generasi Sahabat Pendidikan yang diketuai oleh Gardian Muhammad mendirikan sebuah organisasi yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kegiatan ini berfokus pada pemberdayaan pendidikan di beberapa wilayah pelosok yang ada di Indonesia terutama pada tingkat Sekolah Dasar.

Advertisement

Salah satu daerah pelosok yang dijadikan tempat untuk kegiatan pengabdian Gerakan Mengajar Desa ini yaitu daerah Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Desa Pucanglaban merupakan desa yang berbatasan dengan pantai selatan daerah Kabupaten Tulungagung. 

"Alasan memilih Desa Pucanglaban sebagai tempat pengabdian karena terdapat sekolah dasar yang 'tertinggal' daripada daerah lain." ucap Niken sebagai Mentor Muda Gerakan Mengajar Desa wilayah Tulungagung.

Gerakan-Mengajar-Desa-2.jpgFoto bersama dengan jajaran guru dan siswa-siswi SDN 5 Pucanglaban dengan relawan Gerakan Mengajar Desa (20/1/2025) (Foto: Tim Gerakan Mengajar Desa Tulungagung 2025)

Di daerah ini masih banyak Sekolah Dasar Negeri yang sebenarnya masih jauh dari kata layak baik dalam sisi kualitas kegiatan belajar mengajarnya, sumber daya manusianya, maupun akses atau fasilitas di sekolah. Salah satunya yakni SDN 5 Pucanglaban.

"Tantangan yang kami alami selama melakukan pengabdian ini mungkin lebih ke akses jalan menuju lokasi pengabdian, karena lokasi desa berada di pelosok sehingga akses jalannya tidak mudah." imbuh Niken. 

Adirama, salah satu mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang menjadi relawan Gerakan Mengajar Desa sekaligus ketua tim pengabdian mengatakan, pendidikan di Indonesia memang masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain baik dalam hal pemerataan pendidikan, kesesuaian kurikulum, kemampuan pengajar, serta fasilitas yang tersedia.

"Jika kita berbicara tentang dampak kegiatan pengabdian ini mungkin tidak bisa kita lihat dalam jangka pendek, namun hasilnya mungkin akan bisa dirasakan di masa yang akan datang." ucapnya.

Kegiatan pengabdian ini sendiri meliputi kegiatan belajar mengajar, ekstrakurikuler, kelas tambahan, pembuatan pojok baca untuk sekolah, dan juga pengadaan pentas untuk penutupan acara. Peserta juga diajarkan tentang beberapa tema seperti mitigasi bencana, kesehatan, kewarganegaraan dan masih banyak lainnya.

Selain itu, ada kegiatan tambahan seperti menari, membaca puisi, dan bercerita yang nantinya hasil dari pelatihan ini akan ditampilkan pada Pentas Kolaborasi yang akan diadakan pada hari terakhir pengabdian. Kemudian para relawan juga membuatkan  Pojok Baca, dengan adanya pojok bac aini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan juga minta belajar dari siswa-siswa SDN 5 Pucanglaban.

“Dari kegiatan pengabdian ini, saya belajar bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk diraih. Semua mimpi itu mungkin buat diraih kalau kita mau berusaha.” ungkap Annisa, salah satu relawan. “Kami berharap pendidikan di Indonesia kedepannya dapat berkembang maju jauh lebih baik lagi. Jadikan Indonesia Emas 2045 benar-benar terjadi dan tidak berakhir sebagai mimpi,” imbuhnya.  (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES