Polinema Hibahkan PLTS, Panggung Terbuka Desa Tulus Besar Kini Terang Sepanjang Waktu

TIMESINDONESIA, MALANG – Panggung Terbuka di Desa Tulus Besar, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, kini bisa digunakan kapan saja berkat pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Hibah dari Politeknik Negeri Malang (Polinema) ini menjadi solusi bagi masyarakat yang sebelumnya kesulitan memanfaatkan panggung tersebut di malam hari karena keterbatasan listrik.
PLTS ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan Polinema melalui Tech 4 Good, sebuah program kolaborasi dengan Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE). Teknologi ini tidak hanya menghadirkan listrik bagi panggung seni, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi warga sekitar tentang pemanfaatan energi terbarukan.
Advertisement
Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Polinema, Prof. Dr. Ratna Ika Putri, ST., MT, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk mengimplementasikan teknologi berbasis riset agar bisa langsung dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Tulus Besar merupakan desa mitra Polinema sejak 2023. Melalui program ini, kami tidak hanya memberikan teknologi, tetapi juga memastikan masyarakat memiliki pemahaman dan keterampilan dalam memanfaatkannya," ujar Prof. Ratna, Jumat (15/2/2025).
Dia menjelaskan, pemasangan PLTS ini sudah dilakukan sejak Oktober 2023 dan kini telah beroperasi penuh. Panel surya yang dipasang dilengkapi dengan sistem kontrol energi, sehingga bisa mengoptimalkan pemanfaatan daya untuk penerangan panggung kesenian.
Tak hanya memberikan hibah, mereka juga memastikan masyarakat sekitar bisa memanfaatkan dan merawat PLTS tersebut. Hal itu diwujudkan dalam Workshop Energi Terbarukan yang diberikan kepada masyarakat setempat pada Jumat (15/2/2025) di Balai Desa Tulus Besar Tumpang.
"Kami ingin masyarakat tidak hanya menerima teknologi ini, tetapi juga memahami cara menggunakannya secara mandiri. Dengan begitu, mereka bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada dan bahkan mengembangkan penggunaan PLTS untuk kebutuhan lain di desa," tambahnya.
Ketua kegiatan, Muhammad Afif Hendrawan, S.Kom., M.T, menjelaskan bahwa proyek ini bermula dari pemetaan masalah di Desa Tulus Besar. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan listrik di panggung terbuka, yang menghambat aktivitas seni dan budaya masyarakat.
"Kami melihat bahwa panggung kesenian di desa ini jarang dimanfaatkan secara maksimal karena tidak ada listrik. Ini menjadi masalah bagi komunitas seni dan anak-anak yang ingin berlatih, karena mereka tidak bisa menggunakan panggung saat malam hari," ungkap Afif.
Sebagai solusi, tim pengabdian masyarakat Polinema memasang sistem PLTS off-grid, di mana listrik yang dihasilkan sepenuhnya berasal dari energi matahari. Namun, sistem inverter yang digunakan sebenarnya bersifat hybrid, yang memungkinkan integrasi dengan jaringan PLN jika diperlukan di masa depan.
Dalam rangka memastikan keberlanjutan proyek ini, Polinema juga mengadakan pelatihan teknis kepada warga desa. Pelatihan ini mencakup pemahaman dasar tentang merangkai PLTS, perawatan panel surya, serta cara mengoptimalkan penggunaannya untuk kebutuhan masyarakat.
"Hari ini kami mengadakan pelatihan bagaimana cara merangkai sistem PLTS secara sederhana, sebelum nantinya kami akan turun ke lapangan untuk praktik langsung," kata dia
Harapannya, masyarakat bisa memahami bagaimana cara merawat dan menggunakan panel surya dengan benar, terutama untuk sistem dengan daya yang cukup besar seperti yang dipasang di panggung kesenian ini.
Program ini melibatkan sejumlah akademisi dari Polinema yang turut berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan sistem PLTS di Desa Tulus Besar, di antaranya Ir. Sapto Wibowo, ST., M.Sc., PhD, Ferdian Ronilaya, ST., M.Sc., PhD, Dr. Muhammad Akhlis Rizza, ST., MT, dan Zakiyah Amalia, ST., M.TrT
Kepala Desa Tulus Besar, Sirat Yudin, mengapresiasi hibah PLTS dari Polinema yang telah membawa perubahan besar bagi desanya. Sebelumnya, panggung terbuka ini hampir tidak pernah digunakan di malam hari karena desa belum mampu menanggung biaya listrik tambahan yang dibutuhkan untuk penerangannya.
"Dengan adanya PLTS ini, kami bisa lebih leluasa memanfaatkan panggung kesenian kapan saja. Masyarakat, khususnya komunitas seni, bisa berlatih dan mengadakan pertunjukan tanpa khawatir soal pencahayaan," ujarnya.
Sirat Yudin juga berharap bahwa kerja sama dengan Polinema dapat terus berlanjut, sehingga desa bisa mendapatkan lebih banyak manfaat dari inovasi teknologi yang dikembangkan oleh kampus tersebut.
Selain memberikan manfaat bagi komunitas seni, pemasangan PLTS ini juga membuka peluang lebih luas bagi masyarakat untuk memahami pemanfaatan energi terbarukan. Jika teknologi ini bisa diterapkan lebih luas, desa bisa mengurangi ketergantungan terhadap listrik dari PLN dan bahkan mengembangkan sumber daya energi mandiri lainnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |