Menyimak Keistimewaan One Day-One Juz saat Ramadan di SMAN 1 Pacitan

TIMESINDONESIA, PACITAN – Ramadan di SMAN 1 Pacitan tidak sekadar soal puasa dan menunggu bedug maghrib.
Ada yang lebih serius dari sekadar menahan lapar, yaitu tadarus Alquran. Bukan asal membaca, bukan pula sekadar menggugurkan kewajiban. Ini One Day-One Juz, program yang dibuat dengan tekad sekuat batu karang di Pantai Klayar.
Advertisement
Kepala SMAN 1 Pacitan, Adi Supratikto, menjelaskan bahwa program tadarusan ini bukan barang baru. Di sekolah lain sudah ada, di kampung-kampung juga banyak. Tapi, kata beliau, yang membuat program ini istimewa adalah keseriusan dan konsistensinya.
“Keistimewaannya terdapat pada keseriusan dan konsistensi dalam teknik serta pemantauannya,” ujarnya, Jumat (7/3/2025).
Serius?
Betul. Bahkan sejak hari pertama puasa, saat siswa masih menikmati libur awal Ramadan, mereka sudah harus membuka mushaf dan mulai dari juz satu. Ini bukan perkara sepele, sebab lima hari pertama itu—saat libur masih terasa manis—justru menjadi ujian pertama.
Tadarusan ini punya jadwal yang tak bisa dinegosiasi. Setiap pagi, pukul 07.35 WIB, siswa sudah harus memulai bacaan mereka. Tapi, tentu saja, sekolah tak sekadar menyuruh lalu lepas tangan. Ada wali kelas yang mengawasi, memastikan semua berjalan sesuai rencana.
Pemantauan ini pun bukan gaya lama, bukan sekadar daftar hadir di kertas buram. Ada aplikasi khusus yang mencatat capaian tadarus setiap siswa. Jadi, kalau ada yang sekadar membuka mushaf untuk pajangan, cepat atau lambat bakal ketahuan.
Tadarus Alquran di SMAN 1 Pacitan diawasi ketat oleh wali kelas. (Foto: Adi for TIMES Indonesia)
“Pantauan dilakukan oleh wali kelas dengan menyediakan aplikasi untuk menampung laporan capaian tadarus setiap siswa,” lanjut Adi Supratikto.
Ketika sekolah kembali aktif di hari keenam Ramadan, metode tadarusan naik level. Kali ini, kegiatan dilakukan secara bersama-sama, dipandu dari sentral, dimulai dari ayat pertama juz enam. Begitu seterusnya, sampai bulan suci selesai.
Ketika libur Lebaran tiba, siswa tidak boleh berhenti. Tadarus tetap jalan, hanya saja pindah lokasi—dari sekolah ke rumah masing-masing.
Tadarus Alquran itu bukan sekadar membaca, tapi membiasakan diri. Jika dilakukan terus-menerus, siapa tahu nanti setelah Ramadan tetap berlanjut. Itulah harapan besar dari program ini: membentuk kebiasaan, bukan sekadar kegiatan musiman.
Sekolah berharap, dengan sistem pemantauan dan pelaporan yang ketat, siswa bisa lebih disiplin. Tidak hanya dalam membaca, tapi juga dalam memahami bahwa keseriusan dalam beribadah adalah bagian dari pendidikan karakter.
Dan inilah SMAN 1 Pacitan, yang tak sekadar mengajarkan ilmu pengetahuan, tapi juga membangun generasi yang tahu bagaimana menjaga kedekatan dengan Tuhannya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |