Pendidikan

Keris Bali Jadi Pusat Perhatian di Brawijayan Tosan Aji Fest 2025

Jumat, 18 April 2025 - 17:50 | 20.99k
Keris Bali yang dipamerkan dalam Brawijayan Tosan Aji Fest 2025. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Keris Bali yang dipamerkan dalam Brawijayan Tosan Aji Fest 2025. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Sebuah keris Bali yang megah dengan bilah tebal dan ornamen emas mencuri perhatian pengunjung Brawijayan Tosan Aji Fest 2025 di Universitas Brawijaya (UB), Jumat hingga Minggu (18–20 April 2025).

Dipajang di tengah ruang pameran, keris ini tak hanya menunjukkan keindahan seni ukir, tapi juga memancarkan aura sakral yang kuat.

Advertisement

Keris bagi masyarakat Bali memang memiliki makna yang sangat dalam. Lebih dari sekadar senjata, keris dianggap sebagai pusaka spiritual dan peninggalan leluhur yang dihormati.

Ia kerap dihadirkan dalam berbagai upacara keagamaan, dan dipercayai memiliki kekuatan simbolik sebagai penjaga harmoni alam dan manusia.

“Keris Bali bukan hanya benda bersejarah, tetapi juga bagian dari identitas budaya. Banyak yang menggunakannya dalam upacara Panca Yadnya, dan dipercayai sebagai penghubung dengan kekuatan leluhur,” kata salah satu kurator pameran.

Ciri khas keris Bali tampak jelas dalam bentuknya yang besar dan berat, dengan gagang dan sarung berhiaskan ukiran detail. Beberapa di antaranya bahkan dilapisi logam mulia seperti emas atau perak.

Keris yang dipamerkan kali ini menunjukkan tingkat keahlian tinggi para empu Bali dalam memadukan unsur estetika dan spiritualitas.

Pameran keris ini menjadi bagian dari rangkaian acara Brawijayan Tosan Aji Fest 2025, yang bertujuan mengangkat kembali warisan budaya pusaka Nusantara.

Selain keris, acara ini juga diisi dengan diskusi budaya, pertunjukan seni tradisional, serta demo tempa keris oleh empu muda.

Bagi para pengunjung, khususnya generasi muda, pameran ini menjadi kesempatan langka untuk memahami bahwa keris bukan sekadar benda masa lalu, melainkan simbol kebijaksanaan, kearifan lokal, dan spiritualitas yang masih hidup hingga kini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES