Pendidikan

Ngaji Filsafat di Universitas Brawijaya, Fahruddin Faiz: Memaafkan Adalah Seni Menyambung Persaudaraan

Jumat, 18 April 2025 - 22:53 | 17.62k
Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag. (memegang mikrofon), dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, sedang menyampaikan tausiyah di Masjid al-Hadiid, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang (FOTO: M. Arif Rahman Hakim/TIMES Indonesia)
Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag. (memegang mikrofon), dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, sedang menyampaikan tausiyah di Masjid al-Hadiid, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang (FOTO: M. Arif Rahman Hakim/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Suasana penuh kehangatan dan kebeningan hati menyelimuti Masjid al-Hadiid Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) pada Jumat, 18 April 2025. Dalam semangat Syawal usai Idul Fitri 1446 H, masjid ini menggelar Halal bi Halal yang dikemas secara berbeda: dipadukan dengan Ngaji Filsafat bersama cendekiawan Muslim, Fahruddin Faiz.

Mengusung tema “Perkuat Silaturahmi, Sucikan Hati untuk Meraih Kemenangan Bersama,” majelis ini terbuka untuk umum dan berhasil menarik perhatian puluhan jemaah dari berbagai kalangan. Mereka hadir tidak hanya untuk bersilaturahmi, tetapi juga memperdalam makna kebersamaan dan kesucian hati dalam suasana yang sarat kekeluargaan.

Advertisement

"Ini kali pertama kami melaksanakan Halal bi Halal semacam ini. Semoga selanjutnya menjadi kegiatan rutin," ungkap Rina P. Handajani, takmir Masjid al-Hadiid.

Memaknai Silaturahmi dan Jiwa yang Suci

Dalam tausiahnya, Fahruddin Faiz, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga dikenal sebagai intelektual Muslim dengan pendekatan filosofis, membuka majelis dengan petuah Ali bin Abi Thalib: meminta maaf adalah tindakan mulia, namun memaafkan sebelum diminta adalah kemuliaan yang lebih tinggi.

"Majelis kita saat ini adalah majelis silaturahmi," ujar Faiz.

Ia menjelaskan tiga rukun silaturahmi yang menjadi pilar hubungan antarmanusia yakni Khusnul muamalah – interaksi yang beradab; Khusnul muasyarah – jalinan batin yang bersih dan membahagiakan; dan Khusnul musyarakah – kerja sama yang bermanfaat setelah dua rukun sebelumnya terpenuhi.

Faiz kemudian mengutip Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin jilid ketiga, mengenai lima tanda jiwa yang belum suci yakni Ilmu tidak membuahkan amal, Tidak bisa menikmati kebaikan dan ibadah, Sibuk pada hal yang tidak penting, Hati terikat pada dunia dan harta, dan Amal dilakukan berlebihan demi pujian.

"Orang yang beramal secara berlebihan terkadang justru digerakkan oleh motivasi keliru," tegasnya.

Faiz juga memperkuat pesan spiritualnya dengan syair Imam Syafi’i:

Raga berharga jika memiliki ruh,
Ruh berharga karena ilmu,
Ilmu berharga jika menjadi amal,
Dan amal bernilai karena keikhlasan.

Belajar Filsafat untuk Berpikir Jernih

Sebagai penutup, Faiz mengajak jemaah untuk terus belajar, khususnya ilmu logika dan filsafat, karena keduanya menjadi alat penting dalam menyeleksi kebaikan dan keburukan secara jernih.

"Filsafat banyak membantu kita untuk berpikir jernih," tuturnya.

Majelis pun ditutup dengan penuh rasa syukur, menyemai semangat baru dalam menjalin silaturahmi, memperkuat spiritualitas, dan memperkaya intelektualitas civitas akademika di kampus Universitas Brawijaya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES