Pendidikan

Gagas Konsep TAWADHU untuk Pesantren, UIN Maliki Malang Kukuhkan Doktor Ke-691

Senin, 05 Mei 2025 - 20:46 | 31.77k
UIN Maliki Malang mengukuhkan Dr. Budiyono Santoso sebagai doktor ke-691. (Foto: UIN Maliki Malang)
UIN Maliki Malang mengukuhkan Dr. Budiyono Santoso sebagai doktor ke-691. (Foto: UIN Maliki Malang)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Di tengah semangat pengembangan ilmu berbasis nilai, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang kembali mencetak sejarah akademik. Pada 30 April 2025, kampus ini mengukuhkan Dr. Budiyono Santoso sebagai doktor ke-691 dalam bidang Ekonomi Syariah.

Lebih dari sekadar kelulusan, prosesi ini menjadi penanda lahirnya konsep baru dalam dunia kewirausahaan pesantren yang disebut TAWADHU dan pendekatan Fenomenologi Islam Plus.

Advertisement

Disertasi Budiyono berjudul "Nilai-Nilai Pesantren Entrepreneurship", merupakan hasil penelitian mendalam yang menyentuh akar spiritualitas dan nilai-nilai lokal pesantren. Dalam paparannya, ia memperkenalkan akronim TAWADHU sebagai fondasi kewirausahaan pesantren: Tarbiyah (pendidikan), Wathaniyah (nasionalisme), Dakwah, Hamasatul Jihad (semangat perjuangan), dan Uswah (keteladanan).

Kelima nilai ini disusun bukan hanya sebagai prinsip moral. Tapi juga sebagai kerangka sistemik dalam membangun ekosistem usaha yang berkelanjutan, berbasis spiritualitas dan budaya lokal.

Lebih menarik lagi, Budiyono menyandingkan konsep tersebut dengan Fenomenologi Islam Plus. Yakni sebuah pendekatan yang mengintegrasikan spiritualitas, nilai-nilai sosial, dan data empiris untuk memahami dan membentuk praktik kewirausahaan yang manusiawi dan berkeadilan.

“Disertasi ini bukan hanya menjawab kebutuhan akademik, tetapi juga menjembatani antara dunia pesantren dan dunia usaha,” ujar Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si., salah satu penguji utama sekaligus pakar metodologi kualitatif nasional.

Prof. Mudjia bahkan menyebut karya ini sebagai standar baru dalam penulisan disertasi kualitatif. “Paradigma postpositivistik diterapkan dengan sangat tepat, dan proses negosiasi temuan dilakukan dengan kedalaman yang jarang dijumpai pada karya serupa,” tambahnya.

Sidang terbuka yang digelar di kampus Pascasarjana ini dihadiri oleh lebih dari 150 peserta dari berbagai kalangan. Ada akademisi, pengusaha, tokoh pesantren, hingga organisasi masyarakat Islam.

Ucapan selamat dan karangan bunga memenuhi lorong dan halaman kampus, datang dari lembaga seperti Universitas Brawijaya, STIES Riyadlul Jannah Mojokerto, hingga organisasi besar seperti PCNU Kota Malang dan PW Ansor Jawa Timur.

Bahkan, pelaku usaha seperti Ayam Nelongso, PT BJLS, hingga pengusaha transportasi nasional Bos Tomy Rahmat turut menyampaikan apresiasi.

Kehadiran mereka menunjukkan bahwa riset Budiyono bukan hanya penting secara akademik, tapi juga relevan dan aplikatif bagi dunia nyata. Pesantren, yang selama ini identik dengan pendidikan keagamaan, kini mendapatkan kerangka teoritik dan metodologis untuk tumbuh sebagai pusat kewirausahaan yang bermoral, berdaya saing, dan inklusif.

Keberhasilan ini turut meneguhkan posisi UIN Maliki Malang sebagai pionir pengembangan ilmu Islam integratif yang tak hanya berpijak pada dalil, tetapi juga menjawab tantangan sosial dan ekonomi kekinian. Dalam konteks globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, kontribusi semacam ini menjadi angin segar bagi dunia pendidikan Islam di Indonesia.

TAWADHU sebagai konsep bukan sekadar ajaran moral, melainkan modal sosial yang konkret—mendorong pesantren untuk tidak hanya mendidik, tetapi juga memproduksi nilai ekonomi berbasis etika.

Sementara itu, pendekatan Fenomenologi Islam Plus menjanjikan arah baru dalam riset-riset berbasis nilai yang tak terjebak pada angka semata, namun menyentuh aspek terdalam dari kehidupan manusia.

Apa selanjutnya? Konsep ini diharapkan bisa diadopsi secara nasional dan bahkan internasional sebagai model kewirausahaan khas pesantren. Tidak hanya membangun ekonomi, tetapi juga memperkuat identitas, spiritualitas, dan keadilan sosial dalam sistem usaha umat Islam.

Ke depan, Dr Budiyono Santoso tidak hanya akan dikenang sebagai doktor ke-691 UIN Maliki, tetapi sebagai arsitek gagasan yang menyatukan akal, hati, dan tindakan dalam membangun ekonomi pesantren.

Dalam semangat TAWADHU, ia mengajak semua pihak. Dari kampus, pesantren, hingga pelaku usaha. Semuanya untuk bersama membangun ekosistem yang tidak hanya untung secara materi, tapi juga maslahat secara spiritual. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES