Pendidikan Kabupaten Malang Menuju Transformasi Inklusif di Era Digital

TIMESINDONESIA, MALANG – Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 di Kabupaten Malang menjadi momentum penting untuk menegaskan arah baru dunia pendidikan: lebih inklusif, adaptif, dan berkeadilan. Dengan mengusung tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, peringatan tahun ini tidak sekadar seremonial, tetapi menjadi ruang refleksi bersama atas tantangan dan langkah konkret untuk membangun sistem pendidikan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.
Pendidikan Kabupaten Malang dalam Arah Merdeka Belajar
Selaras dengan visi nasional, Kabupaten Malang terus memperkuat implementasi Merdeka Belajar yang kini menjadi pilar transformasi pendidikan lokal. Bupati Malang melalui Dinas Pendidikan menegaskan bahwa kebijakan ini bukan sekadar slogan, melainkan landasan dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang memberi ruang bagi kreativitas, kebebasan berpikir, serta pembelajaran yang kontekstual.
Advertisement
Bupati Malang, HM Sanusi menyampaikan bahwa Merdeka Belajar membuka kesempatan luas bagi anak-anak untuk tumbuh sesuai bakat dan potensinya.
“Kami tidak ingin ada anak yang tertinggal hanya karena cara belajar yang seragam. Pendidikan harus membebaskan, memerdekakan,” ujarnya.
Inklusi dan Pemerataan: Pendidikan untuk Semua
Meski banyak capaian, tantangan masih terasa nyata, terutama dalam menjangkau anak-anak di wilayah pelosok dan mereka yang berkebutuhan khusus. Pemerintah Kabupaten Malang saat ini memprioritaskan penguatan pendidikan inklusif melalui penyediaan kelas ramah disabilitas, pelatihan guru, hingga integrasi kurikulum yang adaptif.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang, Suwadji, sekaligus pegiat pendidikan inklusif, menegaskan bahwa keadilan pendidikan bukan tentang memberi yang sama kepada semua, tetapi memberi sesuai kebutuhan. “Inklusi adalah fondasi keadilan. Di sekolah kami, kami belajar untuk melihat potensi setiap anak, bukan keterbatasannya,” ungkapnya.
Sebagian sekolah negeri di Kabupaten Malang telah dilengkapi dengan fasilitas belajar ramah disabilitas, seperti jalur akses khusus, alat bantu dengar, hingga pendamping khusus. Program ini terus diperluas, terutama di daerah kecamatan yang masih minim layanan pendidikan khusus.
Digitalisasi untuk Menjembatani Kesenjangan
Di tengah tantangan geografis, digitalisasi pendidikan menjadi jawaban untuk memperluas akses. Kabupaten Malang menggulirkan program Digital School yang tidak hanya menyediakan perangkat seperti tablet dan laptop, tetapi juga menghadirkan konten pembelajaran digital berbasis lokal.
Melalui kolaborasi dengan berbagai platform edtech dan universitas, materi belajar kini bisa diakses dari rumah, termasuk oleh siswa di wilayah Poncokusumo, Ampelgading, dan Sumbermanjing. Tak hanya itu, sejumlah sekolah juga mulai mengembangkan learning management system (LMS) lokal yang disesuaikan dengan karakter siswa dan kearifan lokal desa.
“Teknologi bukan untuk menggantikan guru, tetapi memperkuat interaksi belajar. Kami ingin teknologi menjadi jembatan, bukan sekat,” ujar Suwadji.
Guru sebagai Agen Transformasi
Transformasi pendidikan tidak mungkin berhasil tanpa peran guru. Di Kabupaten Malang, peningkatan kapasitas pendidik menjadi prioritas. Lewat program pelatihan rutin, para guru dibekali dengan keterampilan abad ke-21, metode blended learning, hingga teknik mengajar siswa berkebutuhan khusus.
Pelatihan ini berlangsung tidak hanya secara formal, tapi juga melalui komunitas belajar guru yang kini tumbuh aktif di hampir seluruh kecamatan. Para guru saling berbagi praktik baik, inovasi pembelajaran, dan solusi untuk tantangan di kelas masing-masing.
Yuliawati menyebutkan, “Hari ini, guru bukan hanya pengajar, tapi juga pembelajar. Kami terus meng-upgrade diri karena masa depan anak-anak ada di tangan kami.”
Menatap Masa Depan: Pendidikan Berbasis Keadilan dan Potensi
Kabupaten Malang menatap masa depan pendidikan dengan optimisme. Dari kota hingga pelosok desa, spirit Hardiknas 2025 menjadi pengingat bahwa pendidikan harus menjadi ruang tumbuh bagi semua—bukan hanya yang berada di pusat, tetapi juga yang di pinggiran.
Komitmen Pemerintah Kabupaten Malang tidak hanya tercermin dalam kebijakan, tetapi dalam praktik nyata: dari pembangunan ruang kelas inklusif, penyediaan jaringan internet untuk sekolah desa, hingga pemberdayaan guru sebagai pilar utama.
Hardiknas tahun ini bukan hanya soal mengenang Ki Hadjar Dewantara, tetapi tentang mewujudkan cita-citanya: pendidikan yang merdeka, bermutu, dan berpihak pada kemanusiaan.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |