Elsa, Anak Marbot Masjid yang Lolos ke UGM Tanpa Tes dan Raih Beasiswa UKT

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Nama Elsa Yuliana mendadak menjadi perbincangan hangat setelah gadis asal Kulon Progo ini berhasil menembus Universitas Gadjah Mada (UGM) tanpa melalui jalur tes. Tidak hanya itu, ia juga mendapat bantuan keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 75 persen. Semua pencapaian itu ia raih berkat ketekunan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah.
Elsa diterima sebagai mahasiswa baru Program Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi UGM, melalui Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) 2025. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, lahir dari keluarga sederhana di Kecamatan Sentolo.
Advertisement
Ayahnya, Sudiyana (47), bekerja sebagai marbot masjid sekaligus buruh cuci pakaian, sedangkan ibunya, Parjiyah (48), adalah ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga yang tidak menentu membuat Elsa sadar sejak awal bahwa jalur prestasi adalah satu-satunya harapannya untuk bisa kuliah.
“Sejak kelas 10 saya sudah menargetkan harus bisa lolos SNBP. Saya tahu orang tua tidak punya cukup biaya kalau saya kuliah jalur biasa,” ungkap Elsa, Rabu (4/6/2025).
Keterbatasan biaya tidak menyurutkan semangat Elsa. Ia terbiasa belajar mandiri tanpa mengikuti les tambahan. Di sekolah, ia dikenal sebagai siswa aktif dan berprestasi. Salah satu organisasi yang paling ia geluti adalah Pramuka, yang membawanya meraih sejumlah penghargaan hingga tingkat kabupaten.
Parjiyah, sang ibu, menyebut Elsa sebagai anak yang penuh tekad. “Dia itu anaknya gigih. Kalau punya keinginan, akan terus diupayakan. Kami sebagai orang tua hanya bisa memberikan dukungan semampu kami,” tuturnya terharu.
Haru dan Syukur saat Diterima di UGM
Kabar diterima di UGM menjadi momen membahagiakan sekaligus mengharukan bagi keluarga Elsa. Namun, di balik kebahagiaan itu, ada kekhawatiran soal biaya kuliah. Ayahnya, Sudiyana, sempat bingung bagaimana cara membayar UKT.
“Senang tentu ada. Tapi juga khawatir, mikir bagaimana bayarnya nanti. Alhamdulillah Elsa dapat bantuan subsidi UKT 75 persen dari UGM. Kami benar-benar lega dan bersyukur,” ujarnya.
Meski berasal dari keluarga yang sederhana, Elsa tidak pernah merasa malu dengan profesi ayahnya sebagai marbot. Justru, ia kerap membantu ayahnya membersihkan masjid ketika sang ayah sedang kelelahan.
“Kadang saya bantu nyapu atau pel masjid. Nggak apa-apa, saya malah senang bisa bantu, walaupun sedikit,” ucapnya dengan senyum.
Ingin Mengubah Nasib Keluarga
Elsa memiliki tujuan mulia: menyelesaikan kuliah tepat waktu dan segera bekerja agar bisa membantu biaya pendidikan adiknya yang masih duduk di sekolah dasar. Ia ingin memperbaiki taraf hidup keluarganya dan membanggakan kedua orang tuanya.
“Cita-cita saya sederhana. Saya ingin lulus cepat, bekerja, dan bantu adik sekolah. Semoga saya bisa ikut mengangkat derajat keluarga,” ujarnya penuh harapan.
Elsa menyadari perjuangannya belum selesai. Namun, ia ingin kisahnya menjadi inspirasi bagi para pelajar lain yang mungkin mengalami keterbatasan ekonomi. Ia percaya bahwa kesungguhan akan selalu menemukan jalannya.
“Untuk teman-teman yang sedang berjuang, jangan menyerah. Meskipun keadaan sulit, tetap semangat, terus belajar, dan jangan berhenti berdoa. Selalu ada jalan bagi yang mau berusaha,” pesan Elsa menutup kisahnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |