Peristiwa Daerah

Ketika Tombak Kironggo di Tangan 'Presiden Republik Kopi'

Sabtu, 30 Juli 2016 - 22:15 | 201.48k
Saat Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, menerima tombak Kironggo dalam perayaan Harjabo ke 197. (Foto: Istimewa/TIMES Indonesia)
Saat Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, menerima tombak Kironggo dalam perayaan Harjabo ke 197. (Foto: Istimewa/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Sabtu (30/7/2016) malam, ribuan masyarakat Kabupaten Bondowoso berkumpul di Alun-Alun Raden Bagus Assra Kironggo. Mereka berkumpul untuk merayakan Hari Jadi Bondowoso (Harjabo) ke 197.

Dalam acara tersebut, terlihat cukup kemeriah. Desain panggung yang dilengkapi dengan tata cahaya (lighting) cukup menakjubkan warga yang menyaksikan acara yang digagas oleh pemerintah Kabupaten Bondowoso.

Advertisement

Perayaan Harjabo ke 197, diawali dengan ziarah ke makam Kironggo diikuti oleh seluruh jajaran pimpinan daerah (Forpimda) dan seluruh pimpinan SKPD dan dipimpin langsung oleh Bupati Bondowoso Amin Said Husni.

Dalam perjalanan ziarah ke makam Kironggo, dengan start dari pendapa Kabupaten Bondowoso, para pejabat menggunakan Bendi, sebuah kendaraan tradisional yang banyak digunakan pada masa lampau.

"Ziarah ke makam Kironggo itu, sebagai bentuk refleksi dari sebuah apresiasi serta penghargaan kepada Kironggo sebagai pembabad alas wilayah Bondowoso," jelas Kepala Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan (Disparporahub) Kabupaten Bondowoso, Hari Patriantono, kepada TIMESIndonesia, Sabtu (30/7/2016) malam.

Usai ziarah, acara dilanjutkan dengan acara "Bondowoso Heritage" yang berlangsung di Alun-Alun Raden Bagus Assra Kironggo Bondowoso. Dalam acara tersebut, ditampilkan budaya Ronjengan, Singo Wulung, Tari ojung dan Kennong.

Selain itu, juga ditampilkan drama "Babad Bondowoso", serta tarian kolosal budaya khas Bondowoso. Ribuan masyarakat menyaksikan pergelaran tersebut.

Dalam drama "Babad Bondowoso" itu mengisahkan perjuangan sosok Kironggo. Siapa sosok Kironggo? Dalam sejarah Babad Bondowoso dikisahkan, Kironggo adalah pria bernama asli Raden Bagus Assra.

Ia adalah anak dari Demang Walikromo pada masa pemerintahan Panembahan, di bawah Adikoro IV, menantu Tjakraningkat Bangkalan. Sedangkan Demang Walikoromo, tak lain adalah putra Adikoro IV.

Pada tahun 1743, terjadilah pemberontakan Ke Lesap terhadap Pangeran Tjakraningrat, karena dia diakui sebagai anak selir. Dalam peperangan yang terjadi di Desa Bulangan itu menewaskan Adikoro IV.

Selanjutnya, pada tahun 1750, pemberontakan dapat dipadamkan dengan meninggalnya Ke Lesap. Dengan meninggalnya Ke Lesap, terjadilah pemulihan kekuasaan dengan diangkatnya anak Adikoro IV, yang bernama RTA Tjokroningrat.

RTA Tjokroningrat tak lama berkuasa. Karena tak lama kemudian, terjadi perebutan kekuasaan dan pemerintahan yang dialihkan pada Tjokroningrat I, anak dari Adikoro III yang bergelar Tumenggung Sepuh.

Usai perebutan kekuasaan, kekhawatir muncul dari Nyi Sedabulangan. Dia membawa lari Raden Bagus Assra, yang merupakan cucunya sendiri, mengikuti eksodus besar-besaran eks pengikut Adikoro IV ke Besuki.

Saat itu, Raden Bagus Assra kecil bertemu dengan Ki Patih Alus, Patih Wiropuro, lalu di tampung serta dididik ilmu bela diri dan ilmu agama.

Pada usia 17 tahun, tepatnya pada tahun 1789, Raden Bagus Assra langsung diangkat sebagai Mentri Anom dengan nama Abhiseka Mas Astruno. Dia ditugaskan untuk memperluas wilayah kekuasaan Besuki ke arah selatan.

Sebelumnya, Raden Bagus Assra sudah menikah dengan putri Bupati Probolinggo. Setelah mengemban tugas memperluas wilayah Besuki bagian selatan, pada tahun 1794, Raden Bagus Assra menemukan suatu wilayah yang sangat strategis, yang disebut dengan nama Bondowoso.

Berkat keberhasilannya memperluas wilayah Besuki ke daerah selatan, Raden Bagus Assra kemudian diangkat sebagai Demang dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno.

Sejak diangkat menjadi Demang, Raden Bagus Assra berhasil mengembangkan Wilayah Kota Bondowoso, tepat 17 Agustus 1819 atau Selasa Kliwon, 25 Syawal 1234 H. Hari itulah hingga kini menjadi Hari Jadi Kabupaten Bondowoso.

Melihat banyak keberhasilan yang diraih oleh Raden Bagus Assra, Adipati Besuki Raden Aryo Prawirodiningrat, sebagai orang kuat yang memperoleh kepercayaan dari Gubernur Hindia Belanda, menetapkan wilayah Bondowoso lepas dari Besuki.

Saat itu, Adipati Besuki langsung mengangkat Raden Bagus Assra atau Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah dan pimpinan agama, dengan gelar M. NG. Kertonegoro dan berpredikat Ronggo I. Pengangkatan itu ditandai dengan penyerahan Tombak Tunggul Wulung.

Sejak mendapat 'warisan' tombak Tunggul Wulung itu, Raden Bagus Assra diberi kewenangan untuk memerintah wilayah Bondowoso dan Jember. Hal itu berlangsung sejak tahun 1819 hingga tahun 1830.

Pada tahun 1854, tepatnya 11 Desember 1854, Kironggo wafat di Bondowoso dan dikebumikan di atas bukit kecil di Kelurahan Sekarputih Kecamatan Tegalampel. Kini, makam tersebut menjadi pemakaman dari keluarga Kironggo Bondowoso.

Setiap perayaan Hari Jadi Bondowoso, tombak Tunggul Wulung itu, selalu menjadi 'pusaka' yang diserahkan oleh pihak keluarga Kironggo kepada Bupati Bondowoso. Kini, tombak Tunggul Wulung itu berada ditangan Amin Said Husni, sang 'Presiden Bondowoso Republik Kopi'.

Saat menerima tombak itu, Bupati Amin Said, langsung dipersilahkan untuk naik ke atas tangga hidraulic dengan ketinggian kurang lebih tiga meter dan langsung menyampaikan 'fatwa' untuk masyarakat Bondowoso.

Dalam 'fatwa' tersebut, Bupati Amin Said berharap bagaimana masyarakat Bondowoso terus mencintai dan membangun Kabupaten Bondowoso menjadi daerah yang damai, aman dan sejahtera.

Dalam pergelaran itu, ditutup dengan penampilan tari Ojung, yang diperankan oleh 300 siswa dari beberapa sekolah yang ada di Bondowoso. "Alhamdulillah, acara Harjabo berlangsung sukses, meriah dan sambutan masyarakat terlihat cukup luar biasa," kata Hari.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Satria Bagus

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES