Peristiwa Daerah

Warga Jember Meriahkan Idul Adha dengan Melepas Balon ke Udara

Senin, 12 September 2016 - 13:27 | 129.08k
Sejumlah warga saat mengasapi balon terbang. Tradisi ini dilakukan sejak 20 tahun terakhir untuk memeriahkan hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.(Foto : Istimewa)
Sejumlah warga saat mengasapi balon terbang. Tradisi ini dilakukan sejak 20 tahun terakhir untuk memeriahkan hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.(Foto : Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBER – Puluhan warga Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, melepas dua balon terbang yang terbuat dari koran bekas ke udara. Pelepasan itu dilakukan bersama-sama oleh warga usai melakukan salat idul adha.

“Tradisi ini sudah berjalan  sekitar 20 tahun. Kami adalah generasi kedua yang terus melestarikannya,” kata M Sholeh, warga setempat, usai melepaskan balon terbang tersebut.

Advertisement

Menurut dia, tradisi ini dilakukan saat peringatan dua hari raya, yakni Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Sholeh tak tahu persis kenapa tradisi ini dilakukan. Karena dia dan generasi seangkatannya hanya melakukan kebiasaan para orang tua mereka di kampungnya.

“Tapi yang jelas, tradisi ini untuk memeriahkan perayaan kedua hari raya tersebut,” ujarnya.

Teknik pembuatan balon terbang juga diajarkan secara turun-temurun. Kalaupun ada yang berbeda hanya pada pilihan bentuk dan bahan kertasnya.

Jika diamati sekilas, balon terbang ini mirip dengan balon udara panas yang ditemukan oleh Montgolfier bersaudara di Annonay, Perancis pada 1783.

Bedanya, balon terbang kreasi warga menggunakan rancangan bambu dan kawat yang dibalut dengan kertas dari limbah koran. Bedanya lagi, balon terbang ini juga tak bisa kendarai oleh manusia.

“Setiap balon terbang, kami membutuhkan sekitar 10 kilogram kertas dari limbah koran. Kertas itu kami rangkai pada ragangan yang telah dibuat sebelumnya dengan bahan bambu dan kawat,” papar koordinator warga, Rizki Dwi Antoro.

Dia mengatakan, pembuatan balon terbang tersebut dikerjakan selama dua malam. Sedikitnya 20 warga terlibat dalam pembuatan balon tersebut. Setiap balon mampu diselesaikan oleh 10 orang.

“Karena diameternya cukup besar, sekitar 3 meter. Sementara tingginya mencapai 5 meter,” terangnya.

Rizki menambahkan, sebelum menggunkan kertas koran, warga setempat menggunakan kertas berwarna-warni. Namun karena harganya cukup mahal, sehingga mereka mengubah bahannya dengan kertas dari limbah koran.

“Meski awalnya sempat gagal karena balonnya tak mau terbang. Namun setelah beberapa kali dicoba, akhirnya berhasil. Dan sejak 3 tahun terkahir ini kami menggunakan kertas limbah koran tersebut,” ujarnya.

Pantauan TIMESIndonesia, sebelum balon itu diterbangkan, warga mengasapi ruang hampa di dalam balon tersebut. Setelah mulai terbang, kemudian diberi bandul kertas yang berfungsi sebagai penyeimbang.

“Setelah seimbang, baru dimasukkan api yang berasal dari bahan lilin dan handuk bekas. Campuran kedua bahan ini, sehari sebelumnya direndam dulu di cairan solar. Sehingga awet nyalanya,” kata Rizki, menambahkan.

Menurut dia, balon terbang itu mampu bertahan diudara hingga 10 jam lamanya. Balon-balon akan turun dengan sendirinya setelah nyala api yang berasal dari campuran lilin dan handuk bekas itu padam.

“Biasanya nanti jadi rebutan, turunnya sekitar 7 kilometer dari lokasi pelepasan semula,” tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES