Peristiwa Daerah 'Sri Raja' Berakhir di Penjara

Prahara Kanjeng Dimas, dari "Sri Raja" Berakhir di Penjara

Kamis, 22 September 2016 - 15:56 | 1.01m
Subscribe TIMES TV KLIK
FOKUS

'Sri Raja' Berakhir di Penjara

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Di Jawa Timur, nama Kanjeng Dimas Taat Pribadi, pria asal Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sangat populer. Baik di dunia nyata maupun media sosial (medsos), terutama Youtube.

Dia dikenal sosok yang bisa mengambil uang secara gaib. Banyak video beredar di media sosial yang menunjukkan secara terbuka dia bisa mengeluarkan uang dari belakang tubuhnya, sembari duduk di kursi kebesarannya, dengan jubah putih yang selalu dipakainya.

Advertisement

Sebelumnya, dia tak memiliki padepokan. Setelah dikenal banyak kalangan, ia mendirikan padepokan yang umum disebut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

BACA JUGA: Polda Sebut Taat Pribadi Otak Pembunuhan "Pengikutnya"

Belasan tahun lalu, masyarakat Kabupaten Probolinggo dihebohkan dengan acara yang dia gelar. Yakni memberikan uang kepada fakir miskin dan anak yatim, di lapangan di desa setempat.

Sejak itulah, nama Kanjeng Dimas terus populer. Bahkan, pada Senin (11/1/2016) lalu, ribuan warga memenuhi Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. 

Tak hanya itu, bangsawan-bangsawan nusantara juga hadir dalam acara itu. Mengapa? Karena Kanjeng Dimas dinobatkan sebagai Guru Besar Padepokan itu. Bahkan Kanjeng Dimas sebagai Raja Anom dengan gelar kemuliaan Sri Raja Prabu Rajasa Nagara.

Pengukuhan Kanjeng Dimas sebagai Raja Nusantara itu, sebagai sebuah simbol dan pertanda penting bagi negara dan bangsa yang dikenal sebagai jamrud khatulistiwa.

Apalagi gelar Sri Rajasa Nagara sendiri merupakan gelar kebangsawanan yang sebelumnya dianugerahkan kepada Raja Majapahit termashur dan pembawa Majapahit ke puncak kejayaan, Prabu Hayam Wuruk, yakni Raja Majapahit keempat dari Dinasti Rajasa ini bergelar Maharaja Sri Rajasa Nagara.

BACA JUGA: Polisi Gerebek Padepokan Taat

Saat itu, Sri Lalu Gede Parma, sebagai Setia Usaha Agung Majelis Pemangku Adat Nusantara yang juga hadir dalam penobatan itu mengatakan, bahwa penobatan atau jumenengan itu memang akan menjadi tonggak persatuan dan kejayaan nusantara. 

Para raja dan sultan sebenarnya merupakan para penjaga dan pengayom wilayah dalam sabuk api (barisan gunung berapi) mulai Aceh, Bukit Barisan di Sumatera, Jawa Barat, Merapi di Jogjakarta hingga Gunung Rinjani.

"Siapa yang akan menyambungkan Gunung Rinjani hingga Merapi yang sekarang ini terputus di Bromo ini? Dia adalah Dimas Kanjeng, Sri Raja Prabu Rajasa Nagara," jelas Sri Lalu Gede.

Diketahui, Sri Lalu Gede adalah Ketua Asosiasi Kerajaan/Kesultanan Indonesia (AKKI). Menurut dia, bahwa pusat atau episentrum utama penghidupan kerajaan nusantara nantinya ada di Padepokan Kanjeng Dimas.

Bahkan, dikatakan bahwa para raja dan sultan se-nusantara meyakini bahwa sosok Dimas Kanjeng bisa meneruskan jiwa dan semangat perjuangan Prabu Hayam Wuruk.

"Kami para raja dan sultan mengamanahkan Dimas Kanjeng untuk merekatkan nusantara, agar rakyat lebih makmur dan sejahtera. Apalagi dari sisi perawakan dan wajah, Prabu Hayam Wuruk juga ke-Araban, hidungnya mancung mirip Mas Kanjeng ini," jelas Sri Lalu Gede Parma di panggung kehormatan acara Jumenengan saat itu.

Sementara itu, Prof Marwah Daud Ibrahim, sebagai panitia pengukuhan gelar Sri Raja Prabu Rajasa Nagara menyampaikan saat itu, bahwa Indonesia ke depan tak hanya menjadi pemimpin ASEAN, tapi juga menjadi pemimpin dunia. Yakni mercusuar dunia.

"Indonesia harus sejahtera, dan perjuangan itu dimulai dari padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini," jelas tokoh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) saat itu.

Diketahui, saat itu, acara Jumenengan itu disaksikan oleh puluhan ribu santri padepokan dan sekitar 10.000 kaum dhuafa dan yatim piatu. Adapun proses penobatan Dimas Kanjeng sebagai Raja Anom bergelar Sri Raja Prabu Rajasa Nagara itu telah berlangsung dengan sakral di Pendapa Rahmatan Lil Alamin, Padepokan Dimas Kanjeng.

Saat itu, para raja dan sultan satu per satu menyaksikan dan mengukuhkan sosok yang menjadi harapan besar bagi kejayaan nusantara di masa depan itu. Bergiliran mereka menyematkan tanda kebangsawanan dan pemakaian busana khas raja.

Adapun para raja dan sultan yang hadir dalam jumenengan itu antara lain  Ketua Asosiasi Kerajaan dan Kraton Indonesia (AKKI) Sri Lalu Gede Pharmanegara Parman, Raja Ben Rafizon dari Skalabrak Puspanegara Lampung, Raja Langgoi Irwan Estikaka, Kesultanan Aceh Darussalam Sultan Tengku Suriansyah, Sultan Bulungan Dato Habib, Raja Kulisusu Sulawesi Tengah, Raja Andi Firdaus Sindreng Sulsel, Raja Maros Andi Bato Anwar Sulsel, Raja Gafar Ismail Kartanegara dari Slaparan Lombok, Raja Keagungan Segayu di Puncak Nur Lampung; Raja Batudengdeng Jalaluddin Arzaki, dan Resi Agung Nusantara Koni Herbayo, serta dari Kesultanan Demak Bintoro Sultan Surya Alam.

Padepokan yang Kanjeng Dimas pimpin, mengusung visi dan misi menyejahterakan masyarakat, mengayomi ummat. "Insya Allah kami akan bangun keraton. Fakir miskin, kaum duafa, anak yatim, akan terus kita ayomi. Kami butuh bimbingan para raja dan ulama dalam menjalankan amanah," tegas Kanjeng Dimas saat itu.

Lalu, siapa sebenarnya Kanjeng Dimas itu? Secara mengejutkan, pada Kamis (22/9/2016) pagi, nama Kanjeng Dimas kembali meramaikan pemberitaan media dan media sosial. Padepokan yang dihuninya, dikepung pasukan dari Polda Jatim.

Pengasuh Padepokan Kanjeng Dimas ditangkap, karena diduga ikut terlibat dalam kasus pembunuhan seorang santrinya bernama Abdul Gani, pada April 2016.

Penangkapan tersebut melibatkan tiga satuan setingkat kompi atau SSK dari Polda Jawa Timur. Selanjutnya, orang nomor satu di Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi itu langsung dimasukan ke dalam mobil Barrakuda dan dibawa ke Mapolda Jatim untuk diproses hukum lebih lanjut.

Selanjutnya, dari pantauan TIMES Indonesia, sebelum dilakukan penangkapan, berbagai upaya hukum polisi telah dilakukan. Namun karena tidak ada tanggapan dari padepokan, akhirnya polisi melakukan penangkapan paksa.

Hingga kini, rumah dan Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi masih dipasang police line dan polisi masih mengembangkan kasus tersebut.

Menurut Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono, Kanjeng Dimas merupakan otak dari kasus pembunuhan Abdul Gani. "Sebelumnya, pak Taat ini sudah dipanggil untuk menghadap penyidik. Namun, dia tidak pernah hadir," katanya.

Karena terus mangkir, polisi menetapkan Taat Pribadi dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), Rabu (21/9/2016) malam. "Akhirnya ia sekarang kami tangkap,” tambahnya di lokasi padepokan Dimas Kanjeng.

Dalam surat penetapan DPO yang diterima TIMES Indonesia disebutkan, Abdul Gani dibunuh karena dianggap akan membongkar rahasia padepokan. Modusnya, Gani diiming-imingi diberi pinjaman uang.

Dalam kasus tersebut, Taat Pribadi disangka melanggar pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, subsider pasal 338 KUHP joncto pasal 55,56 KUHP. Begitu ditangkap, Dimas Kanjeng dibawa ke Mapolda Jatim. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES