Peristiwa Daerah

Tusuk Dada dengan Keris di Ritual Pengerebongan

Senin, 26 September 2016 - 01:22 | 218.80k
Suasana upacara Pengerebongan di dalam Pura Kesiman. (Foto: Khadafi/Times Indonesia)
Suasana upacara Pengerebongan di dalam Pura Kesiman. (Foto: Khadafi/Times Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BALI – Minggu sore Pura Pentilan Kesiman, Denpasar Timur, Kota Denpasar, dipadati ribuan umat Hindu mengikuti upacara Ngerebongan. Upacara ini untuk menghormati para Dewa dan mengingatkan umat Hindu untuk melakukan ritual sakral memelihara keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam.

Ritual Ngerebong ini dilaksanakan setiap 6 bulan sekali, di Pura Dalem Kesiman. Selain itu ada ritual menusuk keris ke dada. Dalam bahasa Bali disebut "Ngurek". Ada berbagai gerakan tari yang dilakukan secara tidak sadar atau "kerahuan" oleh para penari.

Advertisement

Pura-KesimaneKNcU.jpgSuasana upacara Pengerebongan di dalam Pura Kesiman. (Foto: Kadhafi/Times Indonesia)

Ketika Pemedek atau jamaah yang kerahuan berteriak histeris, saat inilah penari ini menusukan keris ke dada. Saat seperti inilah momen langka.

I Nyoman Gede Widarsana, sekataris Bendesa adat Kesiman mengatakan; "Upacara Ngerebongan dirayakan khusus di daerah Kesiman setelah 8 hari setelah Hari Raya kuningan, dan saat ini puncaknya," ucapnya pada TIMES Indonesia.

Widarsana menambahkan, tradisi Ngerebongan ini sudah ada sekitar tahun 1937. Bukan hanya dari desa adat Kesiman, tapi ada juga dari Sanur, Pamogan, Sawangan, sekaligus 31 desa di sekitar Kesiman.

Tradisi Ngerebong ini menjadi daya tarik para wisatawan asing maupun domestik. "Saya harapkan tradisi ini bisa memberikan kemakmuran pada masyarakat desa adat Kesiman. Kami sebagai pewaris tradisi dan budaya ini akan terus menjagaa dan melestarikannya," ucap Widarsana. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES