Kopi Arabika Java Ijen Raung,’ Pelopor’ Indikasi Geografis di Jawa Timur

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Tak ada pengorbanan yang sia-sia, ungkapan ini sepertinya tepat disandangkan pada berbagai pihak yang turut memperjuangkan Indikasi Geograsi (IG) kopi arabika Java Ijen – Raung. Sertifikasi ini berdampak positif pada pelaku usaha perkopian, termasuk petani yang menanamnya.
IG ini diajukan oleh Perhimpunan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (PMPIG). Atas campur tangan lembaga ini, kopi yang bersemai di kawasan pegunungan Ijen – Raung Bondowoso, Jawa Timur ini semakin dikenal luas. Sertifikasi yang dikeluarkan Kementerian Hukum dan HAM ini memberikan perlindungan bagi petani kopi, termasuk di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.
Advertisement
Sertifikasi IG kopi Arabika Java Ijen Raung resmi dikeluarkan Kemenkumham pada 2013. IG ini menjadi hak paten atas kekhasan kopi Arabica Java Ijen-Raung. Bahkan, menilik data Kemenkumham soal IG, Arabica Java Ijen Raung menjadi yang pertama di Jawa Timur memperolehnya.
Dalam perbincangan TIMES Indonesia dengan Matsakur, Kepala Bappeda Bondowoso, ia menuturkan bahwa Bondowoso menjadi daerah pertama di Jawa Timur yang mengajukan IG. Hal ini diapresiasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan diharapkan menginspirasi bagi daerah lainnya untuk melakukan hal serupa.
“Metode kami dalam pengajuan Indikasi Geografis ini ditarik ke Provinsi Jawa Timur agar supaya semua wilayah di Jatim juga mengurus Indikasi Geografis,” ujar Matsakur dalam perbincangan informal di Kantor Pemkab Bondowoso, beberapa waktu lalu.
Pemprov Jatim mengharapkan, lanjutnya, dengan capaian yang diperoleh Java Ijen Raung, dapat menginspirasi daerah lainnya memiliki IG untuk barang atau produk. Berdasar data Indikasi Geografis terdaftar, produk dari Jatim setelah kopi Java Arabika Ijen – Raung, ada bandeng asap Sidoarjo.
Hal yang penting, adanya sertifikasi IG turut mendongkrak penjualan kopi arabika Java Ijen – Raung di pasaran. Kopi ini pun menjadi komoditas unggulan yang menembus pasar internasional, seperti Eropa dan Amerika. Artinya, berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan para petani yang menanamnya.
Tentunya, ada konsekuensi untuk mempertahankan cita rasa dan kualitas kopi. Ini menjadi tanggung jawab bersama segenap pihak terkait, termasuk petani kopi itu sendiri.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |