'Berbulan Madu' dengan Kopi 'Bulan Madu' di Lereng Ijen

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Kata 'Bulan Madu', pertama kali ditulis tahun 1552 oleh seorang sastrawan Richard Huloet, dengan judul "Abecedarium Anglico Latinum".
Dalam karya sastranya itu, Huleot menulis "Bulan madu, sebuah istilah yang digunakan sebagai tamsil bagi orang yang baru menikah, yang mula-mula tidak akan gugur, tetapi pada mulanya mereka saling mencintai secara berlebihan, sehingga cinta mereka tampaknya akan mengalahkan pertengkaran apapun, masa ini disebut orang-orang biasa sebagai bulan madu."
Advertisement
Selain itu, dari asal usulnya, 'Bulan Madu' juga dikatakan bahwa kata yang berasal dari masa Babilonia. kata itu untuk meningkatkan kejantanan dan kesuburan pasangan yang baru menikah.
Sang ayah si pengantin perempuan akan memberikan menantunya semua kebutuhan minuman yang berbasis madu yang dapat diminumnya selama bulan pertama pernikahan mereka. Karenanya disebut 'Bulan Madu'.
Nama 'Bulan Madu' yang menjadi idola bagi pasangan pengantin dan pasangan yang sedang 'mabuk cinta' itu, kini menjadi nama produk kopi di Kabupaten Bondowoso, yang populer disebut 'Bondowoso Republik Kopi'.
Pemilik produk kopi asli dari bumi Lereng Kawah Ijen dan Raung itu adalah seorang pria yang akrab disapa Muhlis. Pria yang punya nama lengkap Muhlis Adi Rangkul itu adalah pemilik UMKM 'Kilang Mulia' di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang memproduksi Kopi Arabica Java Ijen Raung dengan nama 'Bulan Madu'.
Kepada TIMES Indonesia, Muhlis berkisah, bahwa kopi Arabika asal Kabupaten Bondowoso, merupakan salah satu kopi Indonesia yang memiliki cita rasa berkualitas tinggi.
Kopi yang tumbuh di sekitar lereng Gunung Ijen dan Raung ini juga telah diproses secara organik oleh petani dengan menggunakan pola tanam dan perawatan sesuai standar Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia.
Kopi asli Bondowoso Republik Kopi itu jelasnya, terbukti memiliki cita rasa khas yakni beraroma coklat dengan rasa manis dan pedas jika dikecap lama-lama.
"Selain itu, kadar keasaman juga pas dan tak berbahaya untuk lambung. Cita rasa yang khas inilah yang juga mengantarkan kopi Bondowoso memperoleh sertifikat indikasi geografis dengan nama 'Java Ijen Raung' dari Kementerian Hukum dan HAM RI," beber Muhlis, Senin (10/10/2016).
Saat ini, kopi Bondowoso juga telah di ekspor ke berbagai negara di Asia, Eropa dan Amerika. "Jika pecinta kopi dan ingin tahu bagaimana nikmatnya kopi Bondowoso, silahkan datang ke Bondowoso Republik Kopi dan nikmati Kopi Bulan Madu,' katanya bernada promosi.
Sementara itu, untuk membedakan kopi berkualitas baik dan tidak kata Muhlis, caranya sangat mudah. "Minumlah kopi, kemudian jika bau pipis, itu artinya, Kopi Anda bermasalah," katanya.
Mengapa? Karena secara medis kata pria yang ramah senyum itu, banyak yang mengatakan kopi itu tidak baik untuk kesehatan.
"Saat ini, saya bisa buktikan dan pastikan, jika minum kopi asli Arabika Bondowoso, bau pipis kita tidak bau kopi, setelah minum kopi Arabika Bondowoso," jelasnya.
Di Bondowoso, kini banyak tersedia jenis merek kopi Arabika. Ada Kopi Ijen Raung, Kopi Blue Ijen dan Kopi Bulan Madu dan Kopi Radja. Dari semua kopi yang disediakan di Bondowoso Republik Kopi itu, jangan bertanya soal rasa.
"Kopi Arabika merek 'Bulan Madu' itu, merupakan kopi bervarian dari kopi Arabika, kopi pilihan dari Lereng Gunung Ijen. Dari saking nikmatnya, rasanya tak mampu diungkapkan dengan kata," terangnya.
Apalagi kata Muhlis, kopi Arabika asli Bondowoso itu, dinikmati oleh pasangan yang sedang berbulan madu. "Karena saking nikmatnya, yang minum kopi Arabika asli Ijen Raung itu seperti orang yang sedang berbulan madu. Nikmat layaknya berbulan madu, memadu cinta kasih dikala sepi," ungkap Muhlis.
Muhlis mengaku, pihaknya menyediakan aneka merek kopi asli Bondowoso. Ada juga Kopi Lanang. Kopi tersebut dinilai sangat nikmat jika diminum pada malam Jumat.
"Ada juga Kopi Blue Ijen. Kopi Blue Ijen ini terbukti unggul dari segi fragrant, aroma, flavors dan aftertaste. Dan body Blue Ijen hingga saat ini merupakan kasta tertinggi dari kopi Bondowoso," jelasnya.
Lebih lanjut dia menjabarkan, bahwa tidak semua petani kopi mampu menghasilkan kopi Blue Ijen. Mengapa? Karena kopi Blue Ijen dihasilkan dari proses yang berbeda dari kopi Arabika biasa.
Selain memiliki rasa yang cukup khas, kopi Arabika juga tidak berbahaya di lambung, karena tanaman kopi Arabika tumbuh pada lahan di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
"Kopi ini diproses secara organik oleh petani dengan menggunakan pola tanam dan perawatan sesuai standar Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia," akunya.
Ditanya mengapa memberi nama 'Bulan Madu', Muhlis mengaku karena kopi Arabica Java Ijen Raung itu, memiliki khasiat untuk menambah stamina.
"Kopi ini memiliki khasiat untuk menambah stamina dan vitalitas. Baik untuk pria maupun wanita. Makanya kita pilih nama 'Bulan Madu'," ungkap Muhlis.
Ditanya soal harga, Muhlis rinci bahwa sangat terjangkau. "Soal harga sangat terjangkau. Saya banderol, per bungkusnya hanya Rp 50 ribu dengan berat 200 gram," katanya.
Setiap hari, Muhlis mengaku bisa menjual rata-rata dua kilogram kopi Arabica Java Ijen Raung 'Bulan Madu'. Dia menilai peminatnya cukup tinggi. Terutama dari luar Kota Bondowoso. "Kami juga pasarkan secara online," ujarnya.
Melihat kondisi itu, Muhlis berharap kepada pemerintah daerah untuk terus mendorong pertumbuhan industri kecil kopi di Kabupaten Bondowoso. Apalagi Bupati sudah mendeklarasikan Bondowoso sebagai 'Republik Kopi'.
"Untuk itu, petani dan pelaku industri kecil seperti kami harus terus didampingi agar bisa lebih maksimal. Bisa memasarkan kopi asli Bondowoso ke pasar Internasional," harapnya.
Terakhir, Muhlis menambahkan, bahwa dalam Oxford English Dictionary, kata 'Bulan Madu' itu muncul di abad ke-16. Samuel Johnson menyebutkan bahwa Bulan Madu itu adalah bulan pertama setelah pernikahan, ketika yang ada hanyalah kelembutan dan suka cita.
"Menikmati kopi layaknya menikmati cita rasa cinta dan terasa memadu kasih dengan seseorang yang dicintai. Rasa itu terdapat di Kopi asli bumi Bondowoso Republik Kopi," pungkasnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sholihin Nur |