Begini Kondisi Perempuan Muda di Pesisir Muncar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Perempuan muda di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, jadi perempuan-perempuan yang memiliki banyak tanggung jawab keluarga. Itu terjadi karena suami mereka lebih sering melaut mencari ikan ketimbang di rumah.
Apapun yang terjadi di rumah masing-masing, termasuk mengatur kebutuhan hidup dan penanganan pendidikan anak, pada umumnya bergantung pada kemampuan wanita di dalamnya. Bahkan ketika suami kembali dari laut, istri jugalah yang bertugas mencari pembeli ikan hasil tangkapan.
Advertisement
Kehidupan pesisir yang keras membuat para wanita harus turut ambil bagian dalam banyak hal. Sudah begitu, dalam budaya lokal, perempuan masih saja dianggap kaum yang hanya tercipta untuk 'masak, macak, manak' (memasak, merias diri, melahirkan red).
Kondisi demikian yang tercatat dalam laporan pertanggungjawaban (LPJ) tim riset Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) yang dipresentasikan di Ballroom Ijen Hotel Santika Banyuwangi, hari ini, Jum'at (23/12/2016). LPJ tersebut akan diperiksa oleh tim penguji Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) Banyuwangi sebagai penanggung dana penelitian.
Kepada TIMES Indonesia, Herwin Kurniadi selaku ketua tim peneliti menjelaskan, sebelum pemerintah Kecamatan Muncar mengadakan program berdasarkan data kuantitatif, sebaiknya pola pikir sosial masyarakat diubah terlebih dahulu. Perempuan muda usia 18-40 tahun (Hurlock : 1991), khususnya di Muncar, menurutnya layak diprioritaskan dalam kegiatan ekonomi setempat.
"Jadi jangan dianggap remeh hanya di dapur saja. Nyatanya banyak tanggung jawab yang mereka emban. Selain itu, pemerintah kecamatan bisa memfasilitasi untuk menunjukkan produktivitas mereka di bidang perekonomian," kata Herwin.
Perempuan usia produktif Muncar memiliki banyak waktu luang ketika suami melaut dan anak bersekolah. Menurut Herwin, mereka memiliki potensi besar untuk berkarya dan menghasilkan uang.
"Pertama semua pihak harus percaya mereka bisa menghasilkan, jangan dianggap cuma untuk di dapur saja. Baru pemerintah menggelar pelatihan dan melakukan pendampingan sesuai potensi sumber daya pembangunan," tambah Herwin lagi.
Wanita muda Muncar sangat memungkinkan untuk menjadi pemandu wisata cagar budaya dan acara adat Petik Laut setempat. Selain itu, potensi mereka membuka usaha produksi berbahan baku ikan laut tidak kalah besar.
Miskawi, salah satu anggota tim peneliti, juga berpendapat bahwa kebiasaan pengaturan keuangan wanita muda Muncar harus mulai diperbaiki. Dikatakannya, warga Muncar terus belanja ketika banyak uang, tapi ekonomi keluarga mudah goyah ketika tangkapan ikan sedikit.
"Budaya berbelanja itu perlu diubah berdasarkan kebutuhan saja, demi kestabilan ekonomi keluarga. Lagi-lagi kuncinya ada pada wanita muda yang banyak memegang kendali rumah-rumah di wilayah tersebut," tutur Miskawi.
Sebelumnya diberitakan, 15 judul hasil penelitian perguruan tinggi negeri dan swasta Bumi Blambangan yang didanai Bapedda Pemda Banyuwangi dipresentasikan hari ini di Ballroom Ijen Hotel Santika Banyuwangi. Suyanto Waspo Tondo Wicaksono, kepala Bapedda Banyuwangi, mengatakan hasil riset akan dimanfaatkan pihaknya untuk pertimbangan perencanaan pembangunan daerah Banyuwangi.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sholihin Nur |