Peristiwa Daerah

Kampung Budaya Polowijen Dikembangkan untuk Ekonomi Kreatif

Rabu, 28 Desember 2016 - 23:24 | 79.50k
Budayawan Malang, Romo Djathi Kusumo (tengah) saat menjadi pemateri dalam acara Sarasehan Kampung Budaya Pulowijen, di Kota Malang, Rabu (28/12/2016). (Foto: M. Agus Salim/ TIMES Indonesia)
Budayawan Malang, Romo Djathi Kusumo (tengah) saat menjadi pemateri dalam acara Sarasehan Kampung Budaya Pulowijen, di Kota Malang, Rabu (28/12/2016). (Foto: M. Agus Salim/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Polowijen, yang kini menjadi kampung wisata terus bergerak inovatif. Kini mengembangkan bagaimana kampung tersebut menjadi 'lahan' ekonomi kreatif bagi masyarakat.

Kampung Pulowijen yang berada di Kota Malang, Jawa Timur, diketahui memang mempunyai potensi besar dan kekayaan sejarah Ken Dedes, yang menjadi 'ibu' dari para raja besar di tanah Jawa.

Advertisement

Mulai dari Petilasan Sumur Windu Ken Dedes dan Mandala Empu Purwa, petilasan Joko Lulo, Makam Mbah Reni  penemu Topeng Malangan, dan Mbok Gundari penari Topeng Malangan.

Kekayaan budaya tersebut, kini sudah menjadi ikon budaya Malang dan telah ditetapkan sebagai situs budaya Polowijen oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang.

Menurut Ketua Tosan Aji, Ajisaka Raden Prasena Cokro Adiningrat, bahwa cerita sejarah kampung Polowijen ini harus dipahami oleh masyarakat sekitar bahwa keberadaan situs-situs budaya di Polowijen sudah semestinya mampu membangkitkan ekonomi kreatif masyarakat.

Selain itu, juga harus menjadi bagian dari daya tarik bagi wisatawan yang menjadi khasanah dan referensi pengembangan pariwisata di Kota Malang.

"Ekonomi kratif itu adalah adanya sentra-sentra industri kreatif seperti kerajinan topeng, gerabah, seni pahat, desain, fashion, handycraft, seni pertunjukan serta kuliner," jelas Aji dalam acara sarasehan Kampung Budaya Polowijen di Polowijen, Rabu (28/12/2016) malam.

Hal tersebut katanya, sudah tumbuh seiring dengan meningkatnya sosialisasi dan informasi keberadaan situs Polowijen.

Sementara itu, Budayawan Malang, Romo Djathi Kusumo juga menyampaikan bahwa tahun 1993, dirinya telah membuat film dokumenter Ken Dedes dan bertindak menjadi sutradara.

Djathi Kusumo berjanji akan memberikan dokumen film tersebut kepada masyarakat Polowijen agar bisa ditonton dan dipahami oleh khalayak ramai. 

Film itu menceritakan saat Empu Purwa datang pertama kali ke tanah Jawa, tepatnya di lereng Gunung Arjuna bersama istrinya yang sedang mengandung putrinya yang setelah lahir diberi nama Ken Dedes.

"Bahwa Panawijen sebagai tanah suci sehingga Empu Purwa mendirikan asrama perguruan yang merupakan Wiyata Mandala keagamaan‎ ‎Budha saat itu," katanya.

Dalam Sarasehan Kampung Budaya Polowijen itu, dihadiri oleh penggagas kegiatan Ki Demang (Isa Wahyudi), budayawan Romo Djathi Kusumo, Raden Prasena Cokro Adiningrat, Komunitas Pecinta Topeng Malangan, Yudit Perdananto dan Ahmad Nasai.

Selain itu, anggota Komisi D DPRD Kota Malang, Erni Farida, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Polowijen Muhammad Effendi, akademisi, serta puluhan warga Polowijen.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES