SPR Bojonegoro Kerjasama Pengembangan Sapi dengan Australia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Mega Jaya, di Dusun Ngantru, Desa Tambakromo, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, bekerjasama dengan Australia dalam budidaya sapi. Minggu kemarin (22/01/2017), SPR mendapatkan bantuan sebanyak 103 ekor sapi, 100 ekor betina dan 3 ekor jantan.
Sistem kerjasama yang dibangun, SPR mendapat pendampingan dari tenaga ahli dari Australia. Ketua SPR Mega Jaya, Darminto menjelaskan, saat ini jumlah sapi yang dikembangkan SPR sebanyak 134 ekor sapi terdiri sapi jantan 4 ekor, sapi betina 130 ekor. Sapi tersebut merupakan sapi jenis peranakan ongole 20 ekor, Brahman Xros Australia 100 indukan dan pejantan 3 ekor.
Advertisement
"SPR Mega Jaya ini berdiri tahun 2014 . Hal pertama yang dilakukan oleh SPR adalah penguatan kelembagaan sosialisasi kepada RT, anggota 98 orang, 9 pengurus dan 27 kader," kata Darminto, Selasa (24/01/2017).
Darminto menjelaskan, pengelolaan SPR mulai dari pembuatan pakan fermentasi, membangun pra koperasi, belajar beternak dari tradisional ke modern. Tidak hanya itu, SPR juga memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Namun untuk saat ini baru kapasitas 3 kubik.
"Syarat menjadi anggota SPR Mega Jaya adalah memiliki dua ekor sapi indukan dan memiliki blok rumput 300 meter persegi," lanjutnya.
Sementara itu, pendamping dari IACCBP (Indonesia-Australia Commercial Cattle Breeding Program) selaku patner SPR Mega Jaya, Drh. Dara mengungkapkan, pihaknya akan mengevaluasi pembelajaran rutin terkait manajemen breeding mulai peningkatan kualiatas SDM peternak.
Ada juga pelatihan, pendamping lapang dari tenaga ahli dari Australia. Drh Dara menyampaikan, bahwa sapi yang dikirim adalah jenis Brahman Cross yang mampu beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia.
"Perbedaan sapi Australia adalah tanpa keluh atau tali keluh, sedang sapi lokal diikat atau dikeluh. Selain itu ketahanan terhadap penyakit sapi ini lebih baik karena cocok dengan iklim tropis," ucapnya. Dara mengatakan, kerjasama pendampingan pengelolaan sapu ini akan berlangsung selama 3 tahun.
"Baru nanti ketika SDM dan pengetahun peternak sudah mahir maka mereka akan mengelola secara mandiri," ungkap Dara. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Sukmana |