Dandim 0824: Perjuangan Letkol Mochammad Sroedji Harus Dijadikan Refleksi
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perjuangan dan sikap keteladanan Letkol Mochammad Sroedji yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan harus diteladani oleh seluruh masyarakat Jember.
Hal ini disampaikan Komandan Kodim 0824 Jember Letkol Inf Rudianto dalam peringatan haul Letkol Mochammad Sroedji di Taman Pemakaman Umum Tunjung Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu (8/2/2017). Dalam acara ini, dilakukan upacara tabur bungga, pembacaan doa dan puisi.
Advertisement
"Perjuangan Letkol Mochammad Sroedji bisa menjadi refleksi bagi masyarakat bahwa kehidupan ada batas waktunya," ucapnya.
Rudianto menambahkan, perjuangan yang dilakukan Letkol Mochammad Sroedji dalam mempertahankan kemerdekan harus bisa menjadi penyemangat untuk berbuat lebih baik.
"Ini mengingatkan kepada kita semua bahwa hidup ini ada batas waktunya. Maka alangkah baiknya kita isi dengan sesuatu yang baik bagi diri, lingkungan serta kota Jember ini," imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Rudianto mengatakan, Letkol Mochammad Sroedji yang gugur pada tanggal 8 Februari 1949 ketika Agresi Militer Belanda II seharusnya pantas menyandang gelar pahlawan nasional.
Menurutnya perjuangan Letkol Mochammad Sroedji tidak hanya saat Agresi Militer II, namun sudah dilakukan sejak sebelum kemerdekaan dengan bergabung di beberapa kesatuan di berbagai daerah.
"Kalau dilihat sepak terjangnya, mulai dari Bekasi, Blitar, Madiun dan sampai terakhir pada saat hijrah menunjukan betul-betul figur pejuang pada masa itu. Dan sangat layak untuk disebut dengan pahlawan nasional, yang sesuai aturan UU no 20 tahun 2009 dan PP No 35 Tahun 2010," ucapnya.
Sebagai informasi, Letkol Mochammad Sroedji yang lahir di Bangkalan-Madura, pada 1 Februari 1915 berperan aktif dalam memelopori terbentuknya BKR dan TKR untuk wilayah Karesidenan Besuki.
Pada bulan September 1945 sampai dengan Desember 1946, ia berturut-turut dilantik sebagai Komandan Batalyon 1 Resimen IV Divisi VII TKR yang berdomisili di wilayah Kencong, Jember.
Antara Mei 1948 hingga Oktober 1948, Sroedji menjadi Komandan Resimen 40 Damarwoelan pada Divisi VIII yang kemudian diubah namanya menjadi Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur.
Saat bersama Brigade III Damarwoelan inilah Soerdji meninggal pada 8 Februari 1949 di Desa Karangkedawung, Mumbulsari, Jember dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Belanda yang telah berlangsung berhari-hari. Di bekas wilayah pertempuran dibangun sebuah monumen untuk memperingati apa yang telah terjadi pada 8 Februari 1949.
Di Jember, sebuah patung Letkol Mochammad Sroedji dibuat untuk mengenang jasanya. Nama Letkol Mochammad Sroedji sebagai digunakan sebagai nama universitas.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |