Peristiwa Daerah

Rakyat Bali Kirim Pesan Penolakan Reklamasi Teluk Benoa

Selasa, 21 Februari 2017 - 20:22 | 65.50k
Forum Masyarakat Singapadu memasang baliho Penolakan Reklamasi Teluk Benoa, Selasa (21/02/2017).(Foto: Forum Masyarakat Singapadu)
Forum Masyarakat Singapadu memasang baliho Penolakan Reklamasi Teluk Benoa, Selasa (21/02/2017).(Foto: Forum Masyarakat Singapadu)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jelang World Ocean Summit yang akan diadakan di Bali pada tanggal 22 – 24 februari 2017 nanti. Masyarakat Bali yang selama ini menyatakan sikap menolak reklamasi Teluk Benoa mendirikan baliho berisi penolakan rencana reklamasi secara serentak pada hari Selasa (21/02/2017). 

Pendirian baliho tolak reklamasi Teluk Benoa secara serentak dilakukan oleh Desa Adat Kesiman, Kota Denpasar, Desa Adat Seminyak, Kabupaten Badung, Forum Masyarakat Singapadu dan Forum Pemuda Batubulan, Kabupaten Gianyar.

Advertisement

Pendirian baliho serentak bertujua untuk mengirim pesan kepada pemerintah dan para delegasi yang hadir di World Ocean Summit di Nusa Dua, bahwa masyarakat Bali menolak rencana reklamasi Teluk Benoa.

“Kawasan perairan Teluk Benoa adalah milik rakyat, segala bentuk investasi sudah seharusnya mengutamakan kehidupan dan kebutuhan rakyat, bukan dikelola untuk kepentingan dan investor semata”, ucap I Gusti Ngurah Bagus Chandra Prabanatha ketua Forum Masyarakat Singapadu (Formasi).

Selain itu, Chandra menegaskan, untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari laut dan menjaga keberlangsungan laut bukan dengan cara mereklamasi karena reklamasi justru akan menyababkan kerusakan laut secara permanen. 

“Kami meminta kepada pemerintah dan para delagasi yang hadir di dalam World Ocean Summit untuk bersama-sama menghentikan model pembangunan seperti rencana reklamasi Teluk Benoa yang justru akan merusak laut,” tegasnya.

Pemuda yang akrab disapa Jung Candra tersebut menegaskan, pemasangan baliho serentak untuk menunjukkan ketegasan masyarakat Bali menolak reklamasi.

Pada saat bersamaan Forum Pemuda Batubulan (FPB) juga mendirikan baliho di wantilan Pura Puseh di dekat lokasi pertunjukan barong. I Ketut Mustika kordinator FPB menjelaskan bahwa pendirian baliho memang ditujukan agar para wisatawan asing memahami tentang perjuangan rakyat Bali. 

“Reklamasi 700 HA di Teluk Benoa hanya akan menghancurkan kehidupan pariwisata Bali," ujarnya.

Sementara di Desa Adat Seminyak, terdapat tiga organisasi yang berada di bawah naungan Desa Adat Seminyak yakni STT Bakti Yowana Mandala, STT Eka Bhuana Tunggal Budi dan Forum Aksi Nyata (FAN) Seminyak mendirikan serentak baliho di tiga tempat yaitu di depan Balai Banjar Tagtag, Seminyak, di pertigaan Jalan Kunti dan di perempatan Jalan Kunti dengan Sunset Road.

I Made Ludra Santika, Ketua FAN Seminyak menyampaikan pendirian baliho-baliho ini sebagai simbol perlawanan terhadap baliho-baliho yang dirusak sebelumnya.

 "Kami juga selalu siap bergerak dan tidak pernah berhenti memperjuangkan kesucian Teluk Benoa, tumbang satu tumbuh seribu", pungkasnya seraya mengepalkan tangan kiri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES