Peristiwa Daerah

Lima Tahun Lumpuh, Warga Banyuwangi Ini Butuh Uluran Tangan

Rabu, 22 Februari 2017 - 12:43 | 39.27k
Ika Setiowati, menyuapi suaminya Tukinem yang menderita lumpuh di rumah mereka di Dusun Sumberjati RT 3 RW 2, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (22/2/2017). (Foto : Romi S/TIMESIndonesia)
Ika Setiowati, menyuapi suaminya Tukinem yang menderita lumpuh di rumah mereka di Dusun Sumberjati RT 3 RW 2, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (22/2/2017). (Foto : Romi S/TIMESIndonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Katimen (41), warga Dusun Sumberjati RT 3 RW 2, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur membutuhkan uluran tangan. Ia mengalami lumpuh di bagian dada kebawah, setelah tersengat listrik saat bekerja sebagai kuli bangunan 5 tahun lalu.

Sejak peristiwa itu, suami dari Ika Setiowati ini, hanya bisa duduk lemas di atas kursi. Tak banyak yang bisa dilakukannya karena untuk berpindah temat saja, ia harus dibopong oleh istrinya.

Advertisement

"Saya kecelakaan November 2011 lalu, tanah satu-satunya seluas 1/8 hektar juga telah saya jual untuk berobat pada 2017," kata Katimen, saat ditemui di rumah orang tuanya yang semi permanen, Rabu (22/2/2017). Katinem dan istrinya serta anaknya, Revi Ayu Ariska, yang masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar, saat ini menumpang karena rumah dan seluruh perabot telah dijual untuk keperluan berobat dan hidup sehari-hari.

Karena tak lagi bisa bekerja, kebutuhan hidup sehari-hari dipenuhi oleh sang istri yang bekerja menjadi pembantu rumah tangga dan buruh cuci pakaian panggilan.

"Mau gimana lagi mas, kami hanya bisa pasrah," imbuhnya.

Menurut Tukimen, pemerintah desa setempat, melalui kepala dusun, sempat mendatanya, namun juga tak ada kejelasan hingga saat ini.

"Sekitar 4 tahun lalu saya pindah dari Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo, dan saat pindah kami dijanjikan bantuan oleh Kasun Sumberjati, bernama Saniman, namun hanya sebatas janji," paparnya.

Berbagai pengobatan, juga sudah dilakukan, mulai dari alternatif, hingga medis.

"Kata Dokter Subandi, yang beralamat Patrang, Jember, masih ada kemungkinan untuk sembuh, karena ada saraf yang terjepit sehingga mengakibatkan kelumpuhan, namun harus operasi dengan biaya Rp 45 juta. Tapi uang dari mana?" kata Ika Setiowati sambil menyuapi makan suaminya.

Ika Setiowati hanya bisa berharap, ada bantuan dari pemerintah melalui program kesehatan keluarga miskin sehingga suaminya bisa dioperasi dan sembuh.

"Mimpi besar adalah membesarkan anak saya, dan menyekolahkan hingga perguruan tinggi. Tapi masih sekolah dasar kami harus ke pontang panting mencari biaya sekolahnya, karena juga tidak mendapat keringanan, seperti Kartu Indonesia Pintar," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES