Menjelang Galungan dan Nyepi Harga Daun Lontar di Bali Meroket

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menjelang Hari Raya Nyepi dan Galungan, masyarakat Bali mulai mempersiapkan sarana upacara peribadatan. Saat hari raya itu, umat HIndu memakai daun lontar sebagai bahan peribadatan. Secara otomatis, harga daun lontar terus meroket.
Salah satu pengepul lontar asal Karangasem, Kadek Trisnawati, saat di temui di Pasar Badung Eks Tiara Grosir menyampaikan, bahwa harga daun lontar sudah naik sejak satu bulan yang lalu.
Advertisement
Menurutnya, permintaan dari pelanggan-pelanggan sudah mulai meningkat. Namun, setok barang saat ini masih menipis karena pengiriman dari Sumba, Madura dan Sulawesi mulai menurun.
Harga daun rontal biasanya hanya Rp 290 ribu dan Rp 300 ribu. Namun, saat ini naik menjadi kisaran Rp 380 ribu atau naik menajdi Rp 400 ribu.
"Saat ini saya hanya punya setok satu truk saja. Ada sekitar 300 ikat yang saya miliki. Biasanya setok saya sampai 400 ikat. Saat ini setok memang sangat sedikit," aku Kadek, Senin (13/03'2017).
Kadek mengaku, dalam satu bulan bisa empat sampai lima kali dikirim barang. Namun sekarang hanya dua kali dikirim. Hal itu karena kendala yang tidak mendukung.
Menurutnya, lambatnya pengiriman ke Bali saat ini karena di wilayah itu terjadi banjir. Ia biasanya menjual daun rontal keliling pasar seperti pasar Kusumbasari, Pasar Badung, Pasar Ubud, Pasar Payangan, Pasar Sukawati, Pasar Gianyar, dan Pasar Karangasem.
"Saat ini, saya juga menjual ecer daun lontar itu pun harga juga mahal dari harga Rp 15 ribu per biji naik menjadi Rp 25 ribu per biji," akunya.
Sementara, salah satu penjual daun lontar di Pasar Badung Eks Tiara Grosir, Wiratni mengaku bahwa harga daun lontar dan Ibung (pucuk pohon aren) saat ini harganya memang mulai naik. Karena jelang hari Raya Galungan dan Nyepi.
"Saat ini sangat susah cari barang. Setok sangat sedikit. Pengiriman dari Sulawesi juga terlambat. itu yang membuat harga mahal," katanya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Bali |