Peristiwa Daerah

Cegah Meningitis Babi, Masyarakat Diminta Konsumsi Daging Babi Matang

Jumat, 17 Maret 2017 - 15:17 | 1.21m
ILUSTRASI: Babi guling (Foto: istimewa)
ILUSTRASI: Babi guling (Foto: istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua Asosiasi Ilmuwan Peternakan, Prof Komang Budarsa mengimbau masyrakat untuk sementara waktu tidak mengkonsumsi makanan olahan dari daging babi yang masih mentah seperti lawar merah dan lainnya.

Imbauan ini muncul menyusul puluhan warga Bali terjangkit penyakit Meningitis Streptococcus Suis (MSS) atau meningitis babi beberapa hari yang lalu.

Advertisement

"Mungkin ada dibeberapa tempat ada babi terinfeksi MSS karena masyarakat mengunakan darah mentah seperti lawar darah. Itu kan sangat rentan dan untuk sementara ditunda dululah lebih bagus buat lawar yang matang," ucapnya saat menjadi narasumber diskusi publik bertajuk

"Kajian Ilmiah Steptococus Suis, Keamanan Mengkosumsi Babi Guling" yang digelar BEM Peternakan Universitas Udayana, Bali, Jumat (17/03/2017)

Menurut Budarsa sebenarnya bakteri MMS di Babi bukan barang baru karena sudah 20 tahun yang lalu bakteri ini sudah menginfeksi babi dan dapat menular.

"Cara penularannya ke manusia adalah jika manusia kontak langsung dengan babi yang terkena MMS. Dan cara yang kedua kalau kita makan daging babi yang terinfeksi MSS, terutama daging babi yang mentah," imbuhnya

Namun Budarsa memberikan carai terbaik agar olah makanan Babi sehat dan aman dari bakteri MSS, yakni babi dipanaskan pada temparatur suhu 56 derajat celcius.

"Mengolah daging babi diatas 56 celcius itu bakteri itu pasti sudah mati. Apalagi babi guling, babi guling itu matang pada suhu 110 derajat celcius. Artinya jangan ragu-ragu memakan babi guling sepanjang proses itu benar dan sehat, makan babi yang sudah matang itu aman," jelasnya.

Sementara Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta mengusulkan pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan di daerah itu untuk rutin memantau Rumah Potong Hewan (RPH) yang dikelola dari skala besar dan skala kecil.

"Itu usulan saya kepada Dinas Pertenakan dan Dinas Kesehatan, karena babi identik dengan Bali dalam konteksnya yang beragama Hindu jadi babi itu kalau diternak mengasilkan uang, dalam persolan ekonomi yang kedua ternyata juga di makan, yang ketiga ini kaitannya dengan urusan ritual  hampir sebagian besar mengunakan babi dalam ritual Hindu itu," ujarnya.

Parta mengatakan, permasalahan penyebaran bakteri MMS harus diselesaikan secara komperhensif. Dinas Peternakan harus mulai pengawasan sejak bibit. Selain itu, perlunya sosialisasi kandang yang sehat, pemberian pakan dan pemeliharaan termasuk merawat ketika babi sakit.

"Selanjutnya mengatur atau mengawasi rumah potong hewan, baik skala besar dan maupun skala ruamah tangga," ucapnya.

Lebih lanjut, Parta menyarankan warga Bali untuk lebih waspada dalam memelihara babi di rumahnya.

"Ini harus meniru saudara-saudara kita yang muslim yang setiap tahun rutin melakukan proses kurban, sebelum menyerahkan dan memberikan hewan kurban, sapi, kambing bahkan kerbau itu dilakukan cek kesehatan dulu, yang tidak layak tidak disembelih dan harusnya umat Hindu di Bali yang juga rutin menggunakan babi sebaiknya juga melakukan hal yang sama yang positif itu ditiru," imbuhnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES