Peristiwa Daerah

Arsitektur Rumah Adat Osing Mulai Terlupakan di Banyuwangi

Selasa, 28 Maret 2017 - 14:12 | 549.32k
Rumah adat Osing, Banyuwangi yang ada di kompleks pendopo Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur.(Foto: Istimewa)
Rumah adat Osing, Banyuwangi yang ada di kompleks pendopo Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur.(Foto: Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lembaga Masyarakat Adat Osing (LEMAO) menilai niat baik Bupati Abdullah Azwar Anas melestarian arsitektur rumah adat Osing belum mendapat dukungan dari jajaran dibawahnya. Salah satu contoh, pembangunan dan rehab kantor-kantor pemerintah justru cenderung menggunakan arsitektur modern ketimbang mempertahankan arsitektur asli daerah.

Kepada TIMES Indonesia, Ketua LEMAO, Hasan Basri dengan tegas mengungkapkan, bahwa dia mewakili masyarakat Banyuwangi merasa kecewa terhadap ketidakpedulian tersebut.

Advertisement

“Penguatan identitas budaya lokal salah satunya bisa dilihat dari arsitektur bangunan sebagai tetenger,” katanya, Selasa (28/3/2017).

Hasan Basri bercerita, sebagai tokoh adat dia pernah mendapat kritik keras dari seorang wisatawan. Kala itu dia mengantar berkunjung ke Desa Adat Osing Kemiren, Kecamatan Glagah. Begitu melihat bangunan kantor desa yang dianggap tidak ada bedanya dengan kantor desa lain yang ada di seantero Jawa, wisatawan tersebut langsung mengeluarkan kritikan.

Tak pelak, berbagai penjelasan dan promosi tentang keistimewaan adat serta tradisi Bumi Blambangan langsung terpatahkan. Terlebih kantor desa ala arsitektur modern tersebut didirikan diwilayah yang di branding sebagai kampung adat.

Sementara itu, Ketua Dewan LEMAO, Purwanto berpendapat, seharusnya bangunan-bangunan milik pemerintah bisa menjadi percontohan arsitektur asli Osing.

“Padahal hampir setiap tahun ada proyek rehab kantor. Tapi malah dibangun dengan arsitektur yang tidak jelas dan sama sekali tidak mencerminkan budaya Osing,” tegas Purwanto.

Saat ini, kata Purwanto, banyak rehab balai desa yang tidak mencerminkan ciri khas rumah Osing. Padahal jika dibangun sesuai arsitektur Osing, akan kelihatan lebih artistik, menarik dan desa akan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki daerah lain. Dia berharap, pemerintah bisa membuat aturan agar bangunan-bangunan baru yang berdiri di Banyuwangi memiliki ciri khas budaya Osing.

“Masyarakat sebenarnya tidak menuntut bangunan harus seratus persen sama dengan yang asli. Entah itu dari beton atau kayu, asalkan sudah mencerminkan ciri khas rumah Osing, masyarakat dan wisatawan pasti akan puas,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES