Bondowoso Darurat Narkoba, Ini Pesan Mantan Pecandu

TIMESINDONESIA, JAKARTA – DH (29), mantan pengguna narkoba di Bondowoso menyarakan agar pemuda di Bondowoso ini menjauhi barang haram tersebut. Karena, menurut DH, dampak yang ditimbulkan berefek domino.
Hal itu disampaikan DH ketika berbincang dengan TIMES Indonesia, Jumat (7/4/2017) usai shalat Jumat di Masjid Al Muhibbin, Taman Sari, Kabupaten Bondowoso.
Advertisement
“Dampaknya itu istilahnya sakau atau kehilangan akal sehat. Sukanya berangan-angan, berhalusinasi, tidak punya semangat hidup jika tidak pakai lagi. Ketagihan lah begitu,” kata DH yang sudah hampir 6 tahun menjauhi barang haram tersebut.
DH yang sempat 2 tahun mengkonsumsi narkoba jenis sabu ini menambahkan, cara menanggulangi seorang pemakai narkoba juga harus dengan narkoba.
Akan tetapi dosisnya yang dikurangi dan harus dipantau oleh dokter.
“Saya dulu melakukan terapi di salah satu rumah sakit di Jember kurang lebih selama 1 tahun. Ya diberi narkoba juga. Tapi dosisnya dikurangi perlahan sampai sembuh,” ungkapnya.
DH rupanya cukup tahu seluk beluk narkoba di Bondowoso, bahkan hingga penyebab orang yang mengkonsumsinya.
Kata DH, rata-rata pemuda di Bondowoso, bukan hanya mengenal narkoba. Melainkan sudah pada masuk ketegori pengguna.
“Cuma kadar narkobanya itu tidak seperti sabu-sabu atau kokain dan lainnya. Tapi sekelas ineks seperti pil dekstro,” bebernya.
Lebih lanjut DH mengatakan bahwa pemakai sabu-sabu itu rata-rata orang yang sudah mempunyai penghasilan.
Tidak hanya itu, DH menjelakan, orientasi pemakai narkoba sekarang bukan lagi karena untuk penenang suatu masalah atau mengalihkan masalah. Tapi sudah masuk pada gaya hidup atau life stiil.
“Paket hemat (pahe) itu biasanya Rp 250 ribu rupiah hingga 300 ribu rupiah. Kalau yang 1 gram bisa Rp 2 juta rupiah,” paparnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPRD Bondowoso, H Zaki Imron Humaidi mengaku sangat prihatin dengan dampak penyalahgunaan narkoba, khususnya di Bondowoso. Kata politisi asal Kecamatan Klabang ini, penyebaran narkoba ini lebih berbahaya dari pada penyakit HIV/AIDS.
“Bondowoso ini sudah darurat narkoba. Narkoba ini akan menjamur dengan mengajak yang lain, membentuk jaringan vertikal dan ini menyentuh semua lapisan masyarakat. Terlebih baru-baru ini ada kades yang ditangkap polisi karena kasus narkoba,” ujar anggota Fraksi PKB ini.
Bahkan anggota DPRD yang terpilih dari daerah pemilihan (Dapil) II Bondowoso ini mendorong agar Bondowoso memiliki Rumah sakit khusus menangani pasien narkoba. Jika tidak memungkinkan klinik khusus rehabilitasi pengguna narkoba cukup.
Dilain pihak, Ketua PC NU Boondowoso, KH Abdul Qodir Syam juga khawatir dengan penyalahgunaan barang haram tersebut.
Apalagi katanya, tidak menutup kemungkinan narkoba itu juga menyusup ke pesantren-pesantren di Bondowoso.
Kekhawatiran salah satu pengasuh di Pondok Pesantren Darul Falah Ramban Kulon Cermee Bondowoso ini cukup beralasan.
Pasalanya, tidak setiap saat kiai atau pengasuh suatu pondok pesantren leluasa mengontrol santrinya. Apalagi keterbatasan guru atau ustadz di pesantren juga menjadi kendala.
Untuk itu, kiai lulusan Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan ini pun lantas meminta Pemerintah Kabupaten Bondowoso khususnya untuk memberikan bekal dan penguatan, baik kepada santri ataupun ustadz tentang bahaya laten narkoba ini.
“Pesantren Ini lahan empuk bagi pengedar narkoba untuk mengedarkan narkoba ke pesantren-pesantren. Namun alhamdulillah hingga sekarang, dengan karakter santri yang memang masih kuat sehingga sampai saat ini masih bisa terlindungi dari narkoba. Walaupun, informasinya, ada yang terjangkit,” kata Kiai Qodir.
Tidak hanya itu, Kaia yang sudah beberapa periode memimpin NU Bondowoso ini bahkan meminta aparat kepolisian untuk tegas menindak pengguna narkoba, apalagi juga pengedarnya.
“Ini penyakit masyarakat yang membahayakan generasi bangsa. Dan harus diberantas,” pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |