Lahan Menjadi Kendala Penanaman Tembakau White Burley di Banyuwangi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Banyuwangi, merilis, permintaan tembakau jenis White Burley terus meningkat. Namun, tingginya permintaan jenis tembakau yang digunakan untuk bahan baku rokok putih tersebut belum sebanding dengan jumlah produksi yang dihasilkan.
Seperti dijelaskan Ketua APTI Banyuwangi, Suparno Gendir. Kepada TIMES Indonesia, dia mengaku kendala terbesar terletak pada ketersediaan lahan.
Advertisement
“Jenis tembakau White Burley tidak bisa ditanam disembarang tempat. Harus ditaman di ketinggian minimal 500 meter di atas permukaan laut,” jelas Suparno, Kamis (13/4/2017).
Lokasi terbaik, katanya, ada di wilayah Kecamatan Songgon, Licin, Glagah, dan Giri. Padahal, Aliance One Indonesia (AOI), perusahaan penyedia tembakau untuk perusahaan rokok terbesar di dunia, Philip Morris International, telah mendirikan pabrik pengolah tembakau White Burley di Kecamatan Rogojampi.
Seperti diketahui, AOI telah bermitra dengan APTI Banyuwangi sejak tahun 2013 untuk membeli bahan tembakau White Burley Banyuwangi.
Perusahaan, tambah Suparno, mengingikan dalam tahun 2017 ini setidaknya tersedia lahan seluas 1.000 hektare untuk ditanami tembakau White Burley.
Pihak APTI Banyuwangi sendiri mengaku hingga saat ini masih kesulitan memenuhi permintaan perusahaan. Tercatat dalam setahun, petani tembakau White Burley di Banyuwangi hanya mampu memenuhi 100 Ton dari kebutuhan perusahaan.
Padahal, harga tembakau White Burley relatif stabil. Yakni sekitar Rp 45 Ribu per Kilogram untuk kualitas A, dan Rp 35 Ribu per kilogram untuk tembakau kualitas B. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |