Peristiwa Daerah

Radio NU, Media Siar Menangkal Radikalisme 

Sabtu, 15 April 2017 - 21:47 | 75.76k
Wakil Rois PWNU Dr. H. Ali Maschan Musa, didampingi oleh Wabup, Hj. Kartika Hidayati, Rektor Unisla, H. Bambang Eko Muljono, dan Ketua PCNU Lamongan, Biin Abdus Salam, Sabtu (15/4/2017). (Foto: Khoiroh Ummu Rodhiyah/TIMES Indonesia)
Wakil Rois PWNU Dr. H. Ali Maschan Musa, didampingi oleh Wabup, Hj. Kartika Hidayati, Rektor Unisla, H. Bambang Eko Muljono, dan Ketua PCNU Lamongan, Biin Abdus Salam, Sabtu (15/4/2017). (Foto: Khoiroh Ummu Rodhiyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kencangnya gerakan - gerakan radikalisme yang ada di wilayah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membuat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lamongan bergegas membuat Radio NU. 

"Saat ini serangan Islam radikal sangat keras sekali, maka kita imbangi dengan kita membuat radio," ucap Ketua PCNU Biin Abdul Salam, Sabtu (15/4/2017).  

Advertisement

Radio NU di channel 92,4 MHz, dilaunching bersamaan dengan Musyawarah Kerja dan peringatan Harlah ke - 94 NU, di kampus Universitas Islam Lamongan, dikatakan Biin, akan menjadi media yang memberikan ke warga Nahdliyyin. 

Radio-NU-BoUBD8.jpg

"Radio NU menjadi media untuk memberikan pemahaman ke warga kita tentang ajaran Islam Ahlussunah wal Jamaah, sudah selesai dan tinggal kemasan programnya," ujarnya. 

Peresmian Radio NU ditandai dengan pemotongan pita oleh Wakil Rois PWNU Jawa Timur  Dr. H. Ali Maschan Musa, didampingi oleh Wakil Bupati Lamongan, Hj. Kartika Hidayati, Rektor Unisla, H. Bambang Eko Muljono, dan Ketua PCNU Lamongan, Biin Abdus Salam. 

"Saya berharap secara bersama Radio NU dapat membawa dampak positif bagi warga NU Lamongan," kata Biin.

Senada, operator Radio NU, Imam Hambali,   menjelaskan fungsi Radio NU, sebagai radio dakwah, untuk memberikan informasi selebar-lebarnya kepada warga NU Lamongan.

Radio-NU-AcIN0D.jpg

"Informasi tersebut bisa meliputi informasi yang bersifat keagamaan, seperti pengajian, jamaah tahlil, dan istighosah yang nantinya bisa didengarkan di radio masjid oleh tamir," tuturnya. 

Imam menambahkan bahwa radio ini diprosentasikan 70 perse  berisi dakwah dan 30 persen berisikan hiburan, seperti lagu-lagu religi dan sholawat. “Semoga Radio NU tidak hanya berkembang secara audio saja, melainkan bisa berkembang hingga ke visual. Berupa televise NU,” katanya berharap. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ardiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES