Harapan dan Kisah Kebhinekaan dari Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – KH Ahmad Munib Syafaat, Rektor Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, Jawa Timur, berharap aturan diskriminatif seperti yang diterapkan SMPN 3 Genteng, tidak terjadi lagi.
Munib juga menekankan pentingnya menyeimbangkan antara pembangunan infrastuktur dan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), baik untuk peserta didik maupun tenaga pengajar.
Advertisement
“Saya prihatin atas kejadian tersebut, semoga tidak terulang lagi, diharapkan Kepala Sekolah lebih bijaksana lagi dalam menghadapi masalah seperti ini,” katanya kepada TIMES Indonesia, Senin (17/7/2017).
Dengan selalu mengedepankan dan menjunjung tinggi Kebhinekaan, dia optimistis dunia pendidikan di Bumi Blambangan, akan berjalan lebih maksimal dan bisa menjadi percontohan bagi daerah lain. Terlebih dalam ideologi Pancasila yan telah disepakati sebagai ideologi final oleh seluruh rakyat Indonesia, menghargai perbedaan adalah mutlak. Bahkan dalam ajaran Islam, perbedaan disebut sebagai rahmat.
“Seharusnya itu bisa dijadikan bagian dari dakwah,” ungkap tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) ini.
Dari sini, KH Ahmad Munib Syafaat, yang akrab disapa Gus Munib, mengatakan, tindakan Bupati Abdullah Azwar Anas, yang langsung respon dengan mencabut aturan yang diterapkan pihak SMPN 3 Genteng, adalah sangat tepat dan pantas diacungi jempol.
Ia juga bercerita tentang teladan Kebhinekaan yang dilakukan alumni pesantren asuhannya, Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, bernama Joni Effendi. Usai menimba ilmu pesantren, dia yang berasal dari Merauke, Papua Barat, hijrah dan mendirikan SD dan SMP di Kabupaten Asmat, Papua Barat. Dari 300 siswa SMP, terdapat 76 siswa non muslim. Sedang dari 350 siswa SMP, 20 diantaranya juga bukan Islam.
Meski pendiri sekolah jebolan pesantren, para siswa tersebut tetap diberi keleluasaan menganut dan mengamalkan keyakinannya. Apa yang didapat, sekolah tersebut justru terpilih menjadi sekolah terbaik dan percontohan.
“Sudah tiga tahun ini SD Darussalam Asmat mendapat predikat SD terbaik dan percontohan,” katanya.
Penerapan serupa juga dilakukan suami dari Nur Faizah, dalam membina TPQ asuhannya. Karena lokasi berada dipelosok, dalam berdoa para santri sering mengucap kata-kata mirip mantra tradisional.
“Itu tidak langsung dilarang, tapi diarahkan agar doa yang terucap sesuai dengan ajaran Islam,” ucap Gus Munib. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |