Sastra Purnama Refleksikan Perjuangan Aktivis HAM Munir

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Komunitas Gubuk Tulis dan Sabda Perubahan kembali menggelar kegiatan Sastra Purnama, Kamis (5/9/2017), di Cafe Oase Kota Malang.
Sastra purnama sendiri merupakan kegiatan yang diadakan setiap bulan purnama, dengan menampilkan karya sastra.
Advertisement
Tim Sastra Purnama, Al Muiz Liddinillah mengatakan tujuan kegiatan sastra purnama ini untuk membumikan sastra di tengah kekacauan yang ada.
"Tujuan untuk membumikan sastra di tengah kekacauan yang ada, sehingga bisa menjadi bahan refleksi bersama atas kehidupan yang semakin komplek," kata Muiz.
Muiz menyebutkan sastra merupakan produk kebudayaan yang menjadi salah satu karya yang diharapkan mampu menjawab tantangan kemanusiaan.
Ia mengatakan kegiatan ini, ini juga menjadi salah satu upaya untuk mengingatkan kembali peran sastra itu sendiri dalam kehidupan.
"Sembari disaksikan bulan purnama, kami melantunkan sajak-sajak yang bisa menggerakkan hati dan pikiran umat manusia," tambahnya.
Muiz menambahkan dalam sastra purnama edisi kedua ini, kegiatan ini hadir merefleksikan perjuangan Munir dalam Hak Asasi Manusia.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dalam peringatan Haul Munir yang ke-tiga belas.
Acara yang dimulai dengan prolog dari Sabda Perubahan, do'a lintas iman terkhusus untuk Munir dan korban orang hilang, juga dimeriahkan dengan berbagai pembacaan puisi, dan musik dari berbagai mahasiswa.
Dalam sastra purnama ini, juga menghadirkan salah satu saksi hidup perjuangan Munir, Abdi Purmono.
Pria berkacamata yang juga seorang jurnalis ini, menceritakan sekilas perjalanan hidup Munir, sekaligus memberikan testimoni dan menyerahkan karyanya foto Munir dan Ayam Jago.
Kegiatan ini sendiri diikuti oleh, peserta dari lintas kampus dan kota, mulai dari Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang, Pasuruan, Blitar, Surabaya, Probolinggo dan Tulungagung. Sedangkan, mahasiswa yang hadir diantaranya dari UIN, UB, UMM, dan Unisma.
Muiz juga berharap dengan adanya sastra purnama, para masyarakat bisa terus berjalan dan menebar manfaat bagi umat manusia.
Ia juga berharap sastra purnama ini memberikan peluang untuk terus belajar dan berdiskusi yang didukung dengan budaya apresiasi dan kritik.
"Saya harapkan ini, mampu menjadi apresiasi budaya dan kritik. Ini juga diharapkan membuat peradaban menjadi lebih baik," tandasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Malang |