Peristiwa Daerah Hari Santri Nasional 2017

Kirab Panji NU Keliling Kabupaten Malang Kampanye Islam Aswaja

Kamis, 19 Oktober 2017 - 15:55 | 173.47k
Kirab Panji NU keliling Kabupaten Malang, Kamis (19/10/2017) dalam rangka Hari Santri Nasional 2017. (FOTO: imad/TIMES Indonesia)
Kirab Panji NU keliling Kabupaten Malang, Kamis (19/10/2017) dalam rangka Hari Santri Nasional 2017. (FOTO: imad/TIMES Indonesia)
FOKUS

Hari Santri Nasional 2017

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jelang Hari Santri Nasional 22 Oktober, PCNU Kabupaten Malang menggelar kirab Panji Nahdlatul Ulama (NU) keliling Pesantren dan Majelis Wakil Cabang (MWC) yang ada di Kabupaten Malang.

Dalam Kirab Panji NU yang start dari Kecamatan Donomulyo yang dihadiri ratusan santri, pengurus NU, para kiai serta warga Nahdlitin, dilepas langsung Ketua PCNU Kabupaten Malang, dr H Umar Usman dan Wakil Rais Syuriah PCNU Kabupaten Malang, KH Fadhal Hija.

Advertisement

Kirab Panji NU, membawa logo asli Nahdlatul Ulama saat berdiri itu tak hanya memperkenalkan lambang NU yang pertama, tapi juga jelajah pesantren yang ada makan kiai NU. 

Dalam jelajah pesantren itu, rombongan pembawa Panji NU melakukan ziarah ke makam para kiai di pesantren yang disinggahi. Misalnya, ke pesantren PPAI Ketapang, Kepanjen, berziarah ke makam almarhum KH Said. Di makam membaca yasin dan tahlil.

Dari Kepanjen, dilanjutkan ke Lembaga Pendidikan Miftahul Huda, Sumber Manjing Wetan. Di situ disambut ratusan siswa dan santri serta tokoh serta pengurus MWC NU setempat.

Saat rombongan Kirab Panji NU tiba dilokasi, lantunan shalawat dan Mars NU "Hubbul Wathan" atau "Ya Lal Wathan" dan Shalawat Badar.

Panji NU dan rombongan bermalam di Pondok Pesantren Al Aziz, Banjarpatoman, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Pagi harinya dilanjut ke pesantren selanjutnya di Kecamatan Bululawang.

Dalam sambutannya, Ketua panitia Hari Santri Nasional PCNU Kabupaten Malang, Yusuf Azwar Anas, bahwa kirab Panji NU dan jelajah Pesantren itu, untuk bersilaturahim dengan pengurus dan warga NU di desa-desa.

"Besar harapan, tetap setia menjaga tradisi NU atau Aswaja. Karena hal itu amanah dari para muassis NU dan Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari. Semoga ilmu dan barokah beliau, terus mengalir untuk kita semua," katanya.

Amaliah warga Nahdliyin jelas Gus Yusuf, adalah Ahlussunnah Wal Jemaah Annahdliyah. Islam yang Rahmatal Lil Alamin. Damai dan toleran. 

"Mari kita jaga keutuhan NKRI dan Pancasila. Karema hal itu sudah final. Maka, warga NU harus menolak kelompok atau aliran radikalisme yang jelas bertentangan demgan Islam Nusantara yang diusung NU," katanya.

Selain itu, Gus Yusuf juga menyampaikan amanat Ketum PBNU KH Said Aqil pada Hari Santri 22 Oktober nanti.

hari-santri1UucYH.jpg

Menurutnya, pada Hari Santri tahun ini, bertepatan dengan tanggal 9 Muharram 1437 Hijriyah merupakan bukti pengakuan negara atas jasa para ulama dan santri dalam perjuangan merebut, mengawal, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. 

Pengakuan terhadap kiprah ulama dan santri tidak lepas dari Resolusi Jihad yang dikumandangkan Hadlaratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama, pada 22 Oktober 1945. 

Adapun isi dari Resolusi Jihad tersebut adalah: “..Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada diloear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itoe djadi fardloe kifayah (jang tjoekoep kalaoe dikerdjakan sebagian sadja…).”  

Tanpa Resolusi Jihad NU dan pidato Hadlaratus Syeikh KH Hasyim Asyari kata dia, tidak akan pernah ada peristiwa 10 November di Surabaya yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Kiprah santri teruji dalam mengokohkan pilar-pilar NKRI berdasarkan Pancasila yang bersendikan Bhinneka Tunggal Ika. 

Santri jelas berdiri di garda depan membentengi NKRI dari berbagai ancaman. Tahun 1945, kaum santri setuju menghapuskan tujuh kata dalam Piagam Jakarta demi persatuan dan kesatuan bangsa. 

Tahun 1953, kaum santri memberi gelar Presiden Indonesia, Ir. Soekarno, sebagai Waliyyul Amri ad-Dlarûri bis Syaukah, pemimpin sah yang harus ditaati dan menyebut para pemberontak DI/TII sebagai bughat yang harus diperangi. 

Selankutnya, tahun 1965, kaum santri berdiri di garda depan menghadapi rongrongan ideologi komunisme. Tahun 1983/1984, kaum santri memelopori penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa-bernegara dan menyatakan bahwa NKRI sudah final sebagai konsensus nasional.

Kenyataan ini perlu diungkapkan untuk menginsyafkan semua pihak, termasuk kaum santri sendiri, tentang saham mereka yang besar dalam berdiri dan tegaknya NKRI. 

Tanpa kiprah kaum santri, dengan sikap-sikap sosialnya yang moderat (tawassuth), toleran (tasâmuh), proporsional (tawâzun), lurus (i’tidâl), dan wajar (iqtishâd), NKRI belum tentu eksis sampai sekarang.

Momentum Hari Santri hari ini perlu ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaan yang bersintesis dengan keagamaan. 

Spirit “nasionalisme bagian dari iman” perlu terus digelorakan di tengah arus ideologi fundamentalisme agama yang mempertentangkan Islam dan nasionalisme. 

Islam dan ajarannya tidak bisa dilaksanakan tanpa tanah air. Mencintai agama mustahil tanpa berpijak di atas tanah air, karena itu Islam harus bersanding dengan paham kebangsaan.

"Hari Santri juga harus digunakan sebagai revitalisasi etos moral kesederhaan, asketisme, dan spiritualisme yang melekat sebagai karakter kaum santri, harap Gus Yusuf.

Kirab Panji NU tersebut akan berakhir di lapangan Tumapel, Singosari, dilanjutkan dengan upacara Hari Santri Nasional 22 Oktober yang akan diikuti oleh 10 ribu warga NU. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES