Pemuda ini Sukses Kurangi Pengangguran di Sekitar Ranu Agung

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kawasan sekitar danau Ranu Agung, di Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo, Jatim, sebelumnya terkenal dengan banyaknya pemuda pengangguran. Namun selama beberapa hari terakhir, para pengangguran itu banyak berkurang. Mereka beralih profesi menjadi pengayuh rakit wisata, di danau Ranu Agung. Lalu siapa sosok dibalik perubahan itu?
Indra Pranajaya (26), dikenal sebagai pengangguran, kerap kongkow-kongkow yang tidak jelas di kampungnya, Dusun Krajan, Desa Ranuagung, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. "Ya sekedar ngumpul sambil membahas bola," katanya.
Advertisement
Selanjutnya, Indra menceritakan awal mula pengelolaan wisata di kawasan danau purbakala Ranu Agung. Awalnya, danau ini hanya digunakan untuk memelihara ikan dalam keramba oleh masyarakat sekitar. Padahal, danau ini memiliki potensi wisata yang sangat besar.
Ide memanfaatkannya seabgai potensi wisata pun, sebenarnya muncul bukan dari Indra. Tetapi dari seorang putra daerah Desa Tiris, yakni Agus Subiyanto. Agus yang pernah mengenyam pendidikan di Jepang, berinisiatif memberdayakan pemuda pengangguran tersebut. "Saat itu mas Agus prihatin melihat kelakuan kami, pemuda di sekitar Ranu Agung. Karena kerjanya hanya main bola, nongkrong, dan mabuk," ujarnya.
Sekitar awal 2014, Agus kembali dari Jepang ke Tiris dan mulai memberikan gambaran potensi wisata yang ada di sekitar tempat tinggalnya itu. Sejak saat itulah, Agus dan Indra, serta beberapa pemuda lainnya membentuk komunitas pemuda peduli wisata, bernama Airlangga. Khusus untuk Ranu Agung, ide penggunaan rakit sebenarnya datang dari pengunjung yang lambat laun makin banyak berdatangan ke tempat ini.
"Sebenarnya bagus kalau ada pengayuh rakitnya, yang bisa memandu kami ke sekitar tebing," sebut Indra, menirukan permintaan pengunjung saat itu. Akhirnya, bersama Sahil dan Nadi, Indra mulai mempelopori wisata rakit di Ranu Agung ini. Ternyata, usaha mereka berbuah manis. Makin banyak pengunjung untuk datang ke Ranu Agung dan menikmati wisata alam di atas rakit.
Dengan menarik ongkos sebesar sepuluh ribu rupiah per orang, Indra bersama dua rekannya terus berbenah. Dana yang terkumpul dialokasikan untuk membenahi rakit dan menambah unitnya. Untuk satu rakit, harganya mencapai 270 ribu rupiah. Sehingga, saat ini ada delapan rakit, dari semula hanya dua hingga tiga rakit saja.
Namun, hasil jerih payah ini tak lantas dinikmatinya sendiri. Pemuda pengangguran lain, nampaknya mulai tergiur dengan kegiatan yang dilakukan Indra cs. "Mereka lantas bertanya kepada saya, bagaimana caranya bisa mendapat penghasilan dari menjadi pengayuh rakit seperti kami," ujarnya.
Melihat keinginan seperti itu, Indra merangkul rekan sedesanya. Namun dengan syarat, harus taat pada Airlangga, sebagai wadah organisasi pemuda peduli pariwisata ini. Tapi taat bukan dalam artian harus tunduk pada organisasi. Taat yang dimaksud, harus meninggalkan kebiasaan buruk mereka. Seperti mabuk, urakan, ngawur, dan tidak sopan pada tamu.
“Memang tak mudah, mengubah perilaku seseorang yang terbiasa "liar" menjadi sopan dan beretika,” tutur Indra kemudian.
Hingga kini, kelompok pemuda peduli wisata Airlangga, berkembang pesat. Tak hanya mengurusi wisata di Ranu Agung, tapi juga menangani wisata di sekitar Kecamatan Tiris. Meliputi, kebun teh dan air terjun.
Khusus untuk Ranu Agung, ada sekitar sepuluh pemuda Airlangga yang mengurusi. Selain itu, juga ada kelompok pemuda desa yang tidak mau bergabung dengan Airlangga. Tapi juga menghendaki untuk terjun juga dalam urusan wisata Ranu Agung. “itupun kami beri ruang juga," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : TIMES Probolinggo |