Peristiwa Daerah

Maulina Pia Wulandari: Humas bukan Pekerjaan yang Glamor

Selasa, 10 April 2018 - 17:46 | 140.15k
Maulina Pia Wulandari, Ph.D, praktisi Public Relations (PR), saat menjadi pemateri di acara Perhumas Muda Malang Raya, di Kota Malang. (FOTO: Istimewa/TIMES Indonesia)
Maulina Pia Wulandari, Ph.D, praktisi Public Relations (PR), saat menjadi pemateri di acara Perhumas Muda Malang Raya, di Kota Malang. (FOTO: Istimewa/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Selama ini, masih banyak anggapan bahwa pekerjaan Public Relations (PR) atau hubungan masyarakat (Humas) adalah sebuah pekerjaan yang glamor. Padahal Humas bukanlah pekerjaan yang glamor.

Begitu menurut tegas praktisi Public Relations (PR), Maulina Pia Wulandari, Ph.D, yang juga dosen Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu social dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, Selasa (10/4/2018).

Advertisement

Profesi PR menurut Pai, begitu Maulina Pia Wulandari, populer disapa, masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, karena para praktisinya yang sangat memperhatikan penampilan dibandingkan kualitas kerjanya.

Pia-Wulandari.jpg

Padahal jelas dia, profesi PR tidak hanya sekedar membutuhkan penampilan, tapi juga membutuhkan kemampuan dan kompetensi yang tinggi.

Menurut Pia, yang diundang sebagai pembicara dalam acara PR Boot Camp, yang digelar Perhumas Muda Malang Raya, Senin (9/4/2018), bahwa pekerjaan PR itu bukan pekerjaan yang glamor melainkan pekerjaan yang membutuhkan usaha kerja yang tinggi.

“PR harus selalu berpenampilan cetar membahana karena PR merupakan garda depan perusahaan yang harus siap tampil kapan saja perusahaan membutuhkan. Tapi dibalik penampilan yang selalu stand out itu, pekerjaan PR adalah pekerjaan yang rumit, kompleks, dan menuntut waktu yang banyak,” jelasnya, dihadapan para pengurus dan anggota Perhumas Muda Malang Raya, di Ngalup Coworking Space, Kota Malang.

PR adalah pekerjaan fungsi manajemen strategis dimana PR fungsinya tidak hanya berperan sebagai teknisi komunikasi, tetapi juga menjalankan tiga peran lainnya yaitu sebagai penasihat komunikasi bagi CEO.

“Membantu memecahkan masalah di dalam organisasi, dan menjadi fasilitator komunikasi antara organisasi dengan publiknya,” jelasnya.

Untuk bisa menjalankan keempat peran tersebut katanya, PR atau Humas, harus memiliki paling tidak enam kemampuan dasar yaitu menulis, kemampuan berkomunikasi, kemampuan melakukan riset, memiliki tingakt kreativitas tinggi, memahami pengelolaan stakeholder serta tahu cara mengatasi krisis.

PR itu rinci Pia, memiliki banyak pekerjaan, menuntut kemampuan multitasking layaknya dewi Durga yang memiliki tangan lebih dari sepuluh.

“Pekerjaan seorang PR itu berat, harus standby 24 jam. Jadi jangan dilihat dari penampilannya saja,” tegas perempuan yang sudah berkecimpung selama 25 tahun menjadi PR itu.

Diakhir penjelasannya, Pia menegaskan bahwa, ada enam hal penting yang  harus dimiliki oleh para praktisi kehumasan Indonesia. Selain berpenampilan menarik, yaitu pertama adalah seorang praktisi PR atau Humas harus memiliki etika, kejujuran, dan sikap professional.

Kedua, PR praktisi harus memiliki pengetahuan tentang public relations dan ilmu komunikasi yang cukup.

“Selain itu PR juga harus memiliki tingkat analisis yang tinggi terutama dalam menghadapi perubahan global business environment yang sangat cepat.

Terakhir kata Pia, PR harus memiliki kemampuan cross culture communication agar mampu berkomunikasi dengan stakeholders dari berbagai latar belakang yang berbeda. Jadi, PR atau Humas bukanlah pekerjaan yang glamor.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES