
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Memiliki ragam budaya serta adat istiadat penduduk yang berasal dari suku Bali, Osing, Jawa, dan Madura, Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, berupaya menjadi rintisan Desa Kebangsaan di daerah yang dipimpin Bupati Anas itu.
Gelar Desa Kebangsaan “yang tengah dikejar” oleh masyarakat Patoman memiliki makna penting untuk mencegah munculnya perpecahan dan menguatkan toleransi di kalangan masyarakat yang multi etnis.
Advertisement
Secara geografis, di Dusun Patomantengah dihuni sekitar 700 kepala keluarga beragama Hindu Bali, sedangkan di Dusun Patomantimur dihuni etnis Madura yang menganut agama Islam.
“Selama desa ini berdiri pada tahun 2002, tidak pernah sekalipun terjadi gesekan antar masyarakat,” jelas Kepala Desa Patoman, Suwito saat memberi sambutan deklarasi Rintisan Desa Kebangsaan di Bale Banjar Patomantengah, Selasa (17/4/2018).
Selama ini, hubungan sosial antar warga tergolong harmonis dan rukun meski di dalamnya terdapat berbedaan keyakinan dan adat istiadat yang mendasar.
Anggota DPRD Banyuwangi, Made Suwastiko yang lahir dan tinggal di Patoman mengatakan, hubungan persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat lebih kuat sampai ‘mengaburkan’ perbedaan yang ada di dalamnya.
“Toleransi kebangsaan adalah prinsip kokoh yang dipegang secara teguh. Perbedaan adalah anugerah indah dari sang pencipta. Warga Patoman lebih mementingkan persatuan dan kesamaan sebagai umat manusia,” ujar Made.
Contoh kecil, kerukunan bisa dilihat dalam berbagai kegiatan masyarakat. Biasanya saat penganut Islam melaksanakan kegiatan keagamaan, Pecalang umat Hindu Bali menjadi petugas keamanan atau petugas parkir.
Begitu saat umat Hindu melaksanakan upacara agama seperti Hari Raya Nyepi, umat muslim melalui Satgas Banser pernah beberapa kali membantu pengamanan.
Tradisi gotong royong lebih kentara ditunjukkan dalam kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan saling bantu-membantu lazim dilakukan oleh setiap warga tanpa memandang perbedaan.
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Banyuwangi pun memandang keragaman di Desa Patoman sebagai sebuah potensi besar yang harus dijaga kelestariannya.
Dalam Deklarasi Rintisan Desa Kebangsaan, Kepala Bakesbangpol, Wiyono mengajak warga Patoman untuk terus berjalan beriringan menjaga kerukunan dan mengokohkan persatuan.
“Jika ada orang yang mempersoalkan sebuah perbedaan, jelaslah orang itu tidak memiliki dasar agama sama sekali. Tuhan menciptakan berbedaan tidak untuk diperdebatkan, tapi justru perbedaan itu wujud Keagungan-Nya. itulah inti dari tujuan dideklarasikannya Desa Kebangsaan di Desa Patemon,” tegas Wiyono. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rochmat Shobirin |