Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara Hadirkan Roh Kepahlawanan Cak Durasim

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Memperingati Hari Sumpah Pemuda, Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara menampilkan aksi kepahlawanan sang legenda ludruk Surabaya, dalam lakon 'Jejak - jejak Cak Durasim', Sabtu (27/10/2018).
Acara yang disuguhkan di Balai Budaya Balai Pemuda Surabaya dan dimulai pukul 12.00 itu, menampilkan sejumlah tokoh seniman. Seperti Cak Kartolo, Cak Lupus, dan Cak Nasrul Ilah. Serta orasi kebudayaan yang menampilkan Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya sebagai keynote speakernya.
Advertisement
Tokoh lain yang dijadwalkan hadir dalam orasi kebudayaan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda ini adalah Prof Dr Ir M Nuh DEA, Dra Hj Khofifah Indar Parawangsa MSi, dan Prof Dr Kacung Marijan.
“Acara ini seperti gayung bersambut. Karena sejumlah tokoh yang kami hubungi menyatakan kesediaannya untuk ikut orasi budaya,” tegas Meimura, tokoh ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara, Sabtu (27/10/2018).
Cak Durasim adalah seniman ludruk kelahiran Jombang. Pada tahun 1937 Cak Durasim mempopulerkan cerita-cerita legenda Soerabaja.
Dari sosok ini didapat pengertian bahwa ludruk adalah masyarakat. “Kita harus bangga punya Cak Durasim. Jiwa dan darahnya adalah ludruk,” tambah Meimura.
Kali ini tak hanya dalam pertunjukan ludruk. Roh Cak Durasim dihadirkan dalam banyak versi. Acara bertema ‘Menghidupkan Sosok yang Mati’ ini didahului dengan pemutaran film dokumenter ‘Jejak-Jejak Cak Durasim’. Kemudian dilanjutkan diskusi, serta pergelaran ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara dengan fragmentasi ‘Cak Durasim Sang Pahlawan’.
Pentas seni ini dilanjutkan pertunjukan kolaborasi ludruk anak yang dimotori Sanggar Medang Taruno Budoyo. Mereka akan membawakan kisah ‘Lautku-Lautmu’ karya sutradra Meimura.
Diakui Meimura, lakon Cak Durasim Sang Pahlawan ini telah dipentaskan berulang kali oleh seniman ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara. Sadiqillah dan kawan-kawannya didukung Universitas NU Surabaya juga sudah membuat film dokumentasi ‘Jejak-Jejak Cak Durasim’.
“Perhatian banyak pihak tehadap sosok Cak Durrasim, termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kesejarahan, serta Pemerintah Kota Surabaya, seakan mendekatkan impian awak ludruk Jawa Timur yang menginginkan penganugerahan gelar kepahlawanan kepada sosok Cak Durasim,” tandas Meimura.
Ditekankan Meimura, gelar pahlawan buat Cak Durasim adalah hal yang wajar. Sebab dengan kemampuannya berkesenian dia berani melawan penjajahan pada waktu itu.
Mengenai ludruk ‘Lautku-Lautmu’, Meimura mencoba menghadirkan kecintaan anak-anak pada Tanah Airnya, terutama budaya bahari. Mereka tidak segan-segan melindungi berbagai bioata laut.
“Suatu hari mereka harus berjuang dan bahkan berantem melawan para penjarah dan menang karena memegang teguh wejangan Dewa Ruci, yaitu Pancasila,” bebernya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Surabaya |