Peristiwa Daerah

Jember Dipercaya Operasionalkan BRT, Tidak Semudah Itu Ferguso...

Minggu, 25 November 2018 - 13:54 | 136.51k
Transportasi massal Bus Rapid Transit yang beroperasi di Tanggerang(Foto: Anggun T/Okezone)
Transportasi massal Bus Rapid Transit yang beroperasi di Tanggerang(Foto: Anggun T/Okezone)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBER – Pada 2016 silam, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memilih Jember, Jawa Timur (Jatim) untuk dijadikan Pilot Project pengembangan transportasi massal Bus Rapid Transit (BRT). Alasan pemilihan tersebut bukan tanpa sebab.

Salah satu sebabnya yakni Jember merupakan kabupaten dengan populasi terbanyak ketiga di Provinsi Jatim. Saat ini, jumlah populasi mencapai sekitar 2,9 juta jiwa.

Advertisement

Karena hal tersebut, kabupaten yang berjuluk Kota Pandalungan ini akan terus mengalami pertumbuhan pesat di berbagai lini. Sehingga membutuhkan transportasi massal untuk mengatasi kemacetan yang timbul di kemudian hari.

Namun bagaimana perkembangannya?

Anggota Tim Kajian Transportasi Massal dari Universitas Jember Sonya Sulistyo mengatakan bahwa dipilihnya Jember sebagai pilot project pengembangan transportasi massal oleh Kemenhub pada 2016 lalu langsung gayung bersambut. Pada tahun yang sama, ternyata Jember juga menyatakan siap untuk mengoperasikan BRT. Apalagi, pemerintah pusat siap menyokong anggaran operasional BRT di Jember.

Sonya menerangkan bahwa anggota tim kajian yang terdiri dari Dinas Perhubungan Kabupaten Jember, Universitas Jember (Unej), dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub merumuskan bahwa bentuk dan karakter kawasan perkotaan Jember sangat memungkinkan untuk mengembangkan BRT.

Berdasarkan kajian, sistem jaringan angkutan umum perkotaan tersebut dapat dibagi dalam jaringan utama, jaringan cabang, dan jaringan ranting yang akan menjangkau seluruh rute yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat di Jember.

"Ada tiga terminal yang bisa menjadi asal tujuan perjalanan, yakni Terminal Tawangalun, Pakusari, dan Arjasa," kata Sonya kepada TIMES Indonesia dalam wawancara khusus di Jember, Kamis (22/11/2018)

Dosen Fakultas Teknik Unej tersebut menerangkan, shelter transit BRT di kawasan perkotaan sedianya bakal ditempatkan di Alun-Alun Kabupaten Jember atau di sekitar Stasiun Jember. Sementara, rencana cakupan rute BRT pada jaringan cabang adalah Tawangalun–kota–Terminal Arjasa dan Terminal Pakusari.

"Rencana koridor alternatif pertama adalah dua koridor yakni Tawangalun–kota–Pakusari dan Arjasa–kota. Alternatif kedua adalah tiga koridor, yakni Tawangalun–kota, Pakusari–kota, dan Arjasa–kota," paparnya.

Jika rencana pembangunan BRT di Jember tersebut terwujud dipastikan akan membuat iri kabupaten-kabupaten lain yang ada di Jatim karena meski bukan sekelas metropolitan, Jember sudah dipercaya untuk mengembangkan BRT oleh pemerintah pusat.

Seain itu, dengan adanya BRT, Jember akan disejajarkan dengan sejumlah kota besar di Indonesia yang telah lebih dulu menerapkan BRT di dalam sistem transportasi perkotaannya. Seperti DKI Jakarta, Bandung, DI Yogyakarta, dan Semarang.

Namun, rencana proyek yang dikaji serius oleh Tim Kajian Transportasi Massal tersebut justru mendapat penolakan keras dari para sopir angkutan perkotaan (angkot/lin) pada 2016. Sebab mereka percaya bahwa BRT bakal mengancam sumber penghasilannya.

Penolakan para sopir angkot tersebut tampaknya berhasil meredam niat pemerintah daerah untuk melanjutkan pengembangan BRT. Sonya mengatakan, Bupati Jember dr Faida yang saat itu baru saja menjabat memilih untuk menggantung proyek prestisius tersebut.

"Mungkin karena baru terpilih ya, sudah dihadapkan dengan masalah seperti itu. Pandangan saya mungkin beliau (Faida, Red) belum berani melanjutkan," ujarnya.

Keputusan Bupati Jember yang memilih untuk memetieskan rencana tersebut otomatis membuat kajian pengembangan BRT tersebut terhenti. Sonya mengungkapkan bahwa sampai saat ini, belum ada lagi komunikasi dari Dishub Kabupaten Jember terkait keberlanjutan proyek BRT tersebut.

Jika ingin dilanjutkan, kata dia, perlu dilakukan kajian kembali mengingat perkembangan transportasi di Jember amat dinamis, ditambah dengan keberadaan transportasi online yang semakin marak.

"Kajian itu mungkin pada strateginya. Kalau trayek sudah nggak perlu (dikaji lagi, Red)," tuturnya.

TIMES Indonesia berupaya mendapatkan kejelasan terkait proyek transportasi massal modern ini dengan mewawancarai Plt Kepala Dishub Kabupaten Jember Slamet Sugianto. Slamet mengatakan bahwa proyek pengembangan BRT di Jember tersebut belum menyuguhkan progress menggembirakan.

"Belum apa-apa itu. Masih kami kaji," kata Slamet, Jumat (23/11/2018).

Slamet enggan menerangkan lebih rinci kendala yang dihadapi untuk melanjutkan pengembangan BRT di Jember. Dia hanya menyampaikan bahwa proyek transportasi massal modern tersebut masih dalam kajian di internal Dishub Kabupaten Jember. "Pokoknya belum apa-apa. Masih di internal," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Jember

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES