Sejarah Panjang Gereja Merah Kota Probolinggo

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Gereja Merah atau GPIB Immanuel di Kota Probolinggo, Jawa Timur, merupakan satu dari sekian peninggalan masa lalu yang tetap lestari hingga kini. Siapa sangka, jika gereja tersebut, menjadi saksi bisu sejarah panjang republik ini.
Dibangun tahun 1862, gereja merah merupakan salah satu hasil perkembangan tekhnologi pada jaman itu. Berangkat dari perkembangan industri di Perancis, model bangunan gereja tidak lagi seperti pada umumnya. Atau berupa bangunan permanen.
Advertisement
Gereja ini, dibawa ke Indonesia pertama kali oleh VOC. Atau serikat dagang dari Belanda. Di mana saat itu, kekuasaan monopoli dagangnya, sampai ke Gorontalo. Seiring dengan perluasan kekuasaan itu, pihak VOC juga membawa serta bangunan gereja. Menggunakan konstruksi baja, dengan sistem bongkar pasang atau knock down. Tekhnologi ini, berasal dari Jerman.
Di Kota Probolinggo sendiri, saat itu ada perkebunan tebu. Yang masuk dalam daftar kekuasaan VOC. Pekerja perkebunan, banyak juga dari warga Indonesia Timur, yang beragama Kristen Protestan.
BACA JUGA: Apa Sih Isi Gereja Merah Probolinggo?
“Para pekerja itu, juga ikut beribadah di sini. Jadi ibadahnya menggunakan dua bahasa. Bahasa belanda dan Bahasa Melayu. Jemaat indonesia, hanya bisa mengikuti bahasa melayu. Juga tidak bsia menempati jabatan tertinggi di dalam gereja. Hanya sampai strata tiga dan empat saja,” terang Pendeta GPIB Immanuel, Ribca Yuneri Atalaka, Sabtu (15/12/2018).
Ketika masa itu habis, maka gereja diambil alih oleh Pemerintah Hindia belanda. Yang juga terlibat dalam perang dunia satu dan dua. Gereja pun sempat tidak mendapat perhatian. Para pendeta yang tidak mendapat dana, kemudian meninggalkan gereja ini.
“Saat itulah, penduduk pribumi mengambil alih gereja. Melakukan perawatan dan perbaikan dengan modal seadanya. Serta tetap melakukan pelayanan pada jemaat,” ujarnya kemudian.
Gereja ini, juga sempat beralih fungsi menjadi gudang senjata, pada masa pendudukan Jepang. Saat itu juga ada perubahan signifikan. Yakni perubahan warna merah pada cat luar gereja. Dimana warna tersebut, terus dipertahankan hingga saat ini. Berdasarkan informasi, pemugaran terakhir Gereja Merah Probolinggo dilakukan sekitar 12 tahun silam. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Probolinggo |