Tantriana Sari; Ibu Sekaligus Bupati Probolinggo Berprestasi

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Tantriana Sari merupakan perempuan pertama yang menjadi Bupati Probolinggo. Saat dilantik pada periode pertama, 20 Februari 2013, usianya masih 29 tahun. Kini, ia memiliki tiga orang putera bersama politisi Partai NasDem, Hasan Aminuddin. Ia adalah sosok perempuan berprestasi.
Putra pertama masih SD, yang kedua TK, dan yang ketiga masih 6 bulan. Bersamaan dengan rempongnya tugas sebagai seorang ibu, Tantriana Sari menjalankan amanah dan tanggung jawab pemerintahan dengan sama baiknya.
Advertisement
Di rumah, Tantriana Sari memasak layaknya ibu rumah tangga lainnya. “Memasak itu tuntutan. Anak-anak saya agak selektif. Kadang tidak mau kalau bukan ibu (Tantriana Sari, Red) yang masak,” katanya saat ditemui TIMES Indonesia, di rumah dinasnya, Senin (31/12/2018) pagi.
Di Pemkab Probolinggo, Tantriana Sari merupakan kepala daerah dengan sederet prestasi. Selama periode pertama menjabat, perempuan kelahiran Ponorogo ini mendapatkan 39 penghargaan.
Tiga penghargaan masing-masing pada 2013 dan 2014, enam penghargaan di 2015, sembilan penghargaan di 2016 dan delapan penghargaan di 2017.
Pada 2018, Tantriana Sari mendapatkan 10 penghargaan sebagai Bupati Probolinggo di banyak bidang dan semua level. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK-RI atas laporan keuangan pemerintah daerah, tak pernah absen diperoleh.
Selama 1,5 jam wawancara, Tantriana menyatakan, menjadi bupati tidak mudah. Tapi bukan berarti tidak mungkin. “Kuncinya adalah menikmati dan menyukuri. Kembalikan bahwa semua itu amanah. Entah sebagai bupati, istri maupun sebagai ibu,” katanya.
Mengenai sederet prestasi yang diraih selama periode pertama, Tantri menganggapnya sebagai prestasi bersama di lingkungan Pemkab Probolinggo, bukan pribadi. “Saya tidak bekerja sendiri. Dan doa masyarakat penting,” ujarnya.
Bagi kepala daerah yang gemar olah raga ini, tugas terberat sebagai bupati terletak pada tanggung jawab moralnya. Yaitu sebagai uswah atau teladan. “Kalau urusan mengatur pemerintahan, itu sudah ada ilmunya, dan saya tidak bekerja sendiri.
Perihal tanggung jawab moral ini, Tantriana mencontohkan pada urusan hijab. Gaya atau model hijab yang digunakan, menjadi contoh bagi perempuan lain. Baik di lingkungan pemkab, maupun masyarakat luas.
Sebagai bupati, Tantriana mengaku dirinya paling sedih ketiga sesuatu di luar keinginan terjadi. Yaitu ketika aparatur sipil negara(ASN) yang ia sebut sebagai anak, ada yang “tidak lulus”. Kemudian hal itu ter-blow aup di media dengan berbagai kasus.
Sampai di sini, suara Tantriana Sari terhenti. Raut mukanya menunjukkan kesedihan. “Sebagai perempuan, saya sensitif,” katanya, sambil mengusapkan tisu di kedua kelopak mata.
“Itu (ASN yang terjerat kasus, Red) jadi tamparan keras buat saya,” lanjutnya. “Saya jadi introspeksi diri, sebagai kepala daerah apakah sudah memberikan uswah yang baik,” tambahnya.
Sebelum menjadi bupati, Tantriana sempat berpikir akan bekerja penuh dari Senin-Jumat. Kemudian, Sabtu dan Minggu akan dipergunakan full untuk keluarga dan anak. Tapi setelah menjadi bupati, yang direncanakannya buyar.
“Jadi bupati itu 7x24 jam, tidak ada hari libur,” sebutnya. Ia lantas menyebut moment liburan sekolah selama dua pekan yang tengah berlangsung. Meskipun anak-anaknya libur, toh dia tak bia berlibur karena tanggung jawab sebagai bupati.
Lalu bagaimana mengatur waktu untuk pemerinatah dan keluarga? “Bekerja sebagai bupati secara fokus sehingga jadi efisien,” katanya berbagi trik. Begitu selesai dan kembali ke rumah, ia meluangkan waktu untuk keluarga dan anak.
Tantriana Sari membiasakan diri tak mencampur waktu untuk pekerjaan dan anak. Sejak dini, ia tak biasa mengajak anak-anaknya ikut kerja. Kecuali untuk acara emi formal dan acara santai. Setiap akan berangkat, ia selalu pamit.
“Dan biasanya langsung tanya: pulang jam berapa? Kalau sampai molor (pulang, Red) biasanya langsung telepon,” kata Tantriana. Berkat trik ini, sering kali anak-anaknya tak mau ikut bila dirinya akan berangkat kerja.
Mengenai hal yang menyenangkan sebagai bupati, Tantri menyebut dirinya diberi kesempatan berbuat baik dan memberi kemanfaatan. Bertemu banyak orang dan belajar dari banyak orang. “Pengalaman ini menjadi guru kehidupan saya,” katanya.
Tantangannya? “Menyamakan frekuensi dan keyakinan bahwa cita-cita serta visi dan misi bisa diwujudkan,” ujarnya. Kini, Tantriana Sari menjabat Bupati Probolinggo untuk periode kedua. Di periode kedua ini, ia ingin meninggalkan sesuatu yang baik bagi Kabupaten Probolinggo. Berprestasi selalu ada dalam pikiranya untuk kemajuan Kabupaten Probolinggo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Probolinggo |