9 Tahun Jadi Ibu Kota Kabupaten Probolinggo, Ini Perbandingan Kraksaan Dulu dan Kini

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kecamatan Kraksaan ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Probolinggo, Jatim, berdasarkan PP nomor 2/2010 yang diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 Januari 2010. Seperti apa perkembangan Kraksaan setelah 9 tahun menjadi ibu kota?
TIMES Indonesia merangkum geliat dan perkembangan kota yang di era 1800-an menjadi kabupaten dengan wilayah dari Dringu sampai Paiton tersebut. Rangkuman dilakukan dengan membandingkan kondisi saat ditetapkan sebagai ibu kota, hingga memasuki usia ke-9 di tahun ini.
Advertisement
Untuk membandingkan kondisi periode 2010 dan kondisi sekarang, kami menggunakan data BPS Kabupaten Probolinggo yang dipublikasikan di laman resmi BPS setempat. Yaitu Kecamatan Kraksaan Dalam Angka 2010 dan Kecamatan Kraksaan Dalam Angka 2018.
Berdasarkan dua publikasi tersebut diketahui, jumlah industri rumah tangga tumbuh. Pada 2010, jumlah industri rumah tangga tercatat sebanyak 235. Sedangkan pada 2018, jumlahnya menjadi 327.
Namun untuk industri besar dan kecil, jumlahnya justru turun. Pada 2010, terdapat tiga industri besar di kecamatan yang terdiri dari 18 desa dan kelurahan ini. Sementara 2018, tersisa satu. Jumlah industri sedang yang tercatat sebanyak 9 di tahun 2010, tersisa 1 saja.
Dari sisi kependudukan, jumlah penduduk di Kecamatan Kraksaan tak otomatis meningkat dengan status sebagai ibu kota. Pada 2010, jumlah penduduk tercatat 72.896 jiwa dengan 19.377 rumah tangga.
Sementara pada 2018, tercatat 70.472 jiwa dengan 20.708 rumah tangga. Jumlah penduduk turun, sementara jumlah rumah tangga naik.
Jumlah migrasi juga bertambah. Pada 2010, 369 orang datang ke Kraksaan. Sementara yang pindah tercatat 383 orang.
Pada 2018, mereka yang datang ke Kraksaan sebanyak 806 orang. Sementara mereka yang pindah meninggalkan Kraksaan sebanyak 903 orang.
Sebelum menjadi ibu kota, penduduk yang bekerja sebagai buruh tani paling banyak dengan 8.202 orang. Disusul pedagang (4.563), petani (3.656), PNS (2.612), angkutan jasa (1.307), dan buruh bangunan (1.210).
Di tahun 2018, mata pencaharian warga Kraksaan yang terbanyak bergeser dari buruh tani ke pedagang. Jumlah pedagang tercatat 4.552, disusul buruh tani (3.938), petani (3.441), PNS (2.380), buruh bangunan (843), dan angkutan jasa (655).
Di sisi sosial diketahui, 2.539 anak usia sekolah di Kraksaan tidak bersekolah di tahun 2010. Rinciannya, 70 anak usia 7-12 tahun, 1.037 anak usia 13-15 tahun, serta 1.432 anak usia 16-18 tahun.
Di tahun 2018, anak usia sekolah yang yang tidak sekolah tercatat 1610 anak. Rinciannya, 14 anak usia 7-12 tahun, 758 anak usia 13-15 tahun, dan 838 anak usia 15-18 tahun. Akses ke pendidikan makin luas.
Terdapat tiga rumah sakit umum, dua rumah sakit bersalin, 32 praktik dokter, 20 mantri kesehatan/perawatan, 26 bidan, 15 bidan desa dan 21 dukun bayi di Kraksaan pada 2010.
Di tahun 2010, rumah sakit umum tinggal satu. Rumah sakit bersalin menjadi tiga, 16 praktik dokter, tujuh perawat, 29 bidan, 28 bidan desa dan 21 dukun bayi di Kraksaan.
Di sisi permukiman, masih ada 1.760 rumah warga berlantai tanah di 2018. Di tahun 2010, angkanya 3.382 unit. 954 rumah tangga, menggunakan jamban Cemplung.
Kini, usia Kecamatan Kraksaan sebagai ibu kota Kabupaten Probolinggo memasuki tahun ke-9. Pusat pemerintahan, kantor DPRD, Mapolres dan kantor lain, sudah berada di Kraksaan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : TIMES Probolinggo |