Peristiwa Daerah

Antisipasi Longsor Susulan di Imogoro, Ini Solusi Pakar Geologi UGM

Jumat, 22 Maret 2019 - 17:11 | 65.99k
Pakar Geologi UGM, Dr Wahyu Wilopo saat menjelaskan kondisi longsir di Bantul. (FOTO: Humas UGM/TIMES Indonesia)
Pakar Geologi UGM, Dr Wahyu Wilopo saat menjelaskan kondisi longsir di Bantul. (FOTO: Humas UGM/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Bencana tanah longsor susulan diprediksi masih mengintai warga Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Apalagi, saat ini hujan masih terjadi di wilayah Yogyakarta. Ini solusi dari Pakar Geologi UGM, Dr Wahyu Wilopo.

Menurutnya, hujan lebat menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya longsor di daerah Imogiri. Hujan dengan intensitas tinggi dan juga gempa akan memicu munculnya longsoran susulan di wilayah itu.

Advertisement

Untuk mencegah bencana longsoran susulan, Wahyu merekomendasikan sejumlah langkah penting. Salah satunya adalah menutup retakan tanah dengan material kedap air dapat mencegah terjadinya longsor susulan. 

Langkah tersebut perlu dilakukan untuk menghambat air hujan masuk ke retakan yang dapat memicu terjadinya bencana longsor susulan.

“Menutup retakan-retakan yang ada dengan material kedap air seperti terpal agar air tidak masuk ke dalam retakan,” kata Wahyu, Jumat (22/3/2019).

Wahyu menerangkan, kompleks Pemakaman Raja-Raja, Imogiri, Bantul terdapat gerakan tanah di kompleks pemakaman tersebut secara umum memiliki karakteristik tipe luncuran. Hal itu sesuai dengan Kajian Geologi Gerakan Tanah dan Banjir di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Gerakan tanah ini merupakan longsor dengan bidang luncur yang berbentuk kurva melengkung. Gerakan tanah di selatan pemakaman mengikuti alur sungai musiman sehingga berubah menjadi aliran debris. Longsor berdampak pada rumah warga dan akses jalan.

Retakan utama berada di sisi barat bangunan calon makan HB X dengan lebar sekitar 25 meter dan kedalam kurang lebih 25 meter. Sedangkan retakan di pemakaman HB IX memiliki arah retakan N95°E (ba.rat-timur) dengan arah pergherakan ke selatan. Panjang retakan sekitar 25 meter, penurunan tanah sekitar 30 cm dan lebar bukaan 10 cm.

 Kemudian, di utara bangunan calon makam HB X memilik panjangh sekitar 10 cm dengan arah pergerakan ke utara. Retakan lainnya memiliki panjang kurang lebih 25 meter dengan arah pergerakan relatif ke timur.

“Lokasi yang berpotensi runtuh ada di sisi pintu masuk bagian barat,” papar Wahyu.

Wahyu menyarankan ada upaya mitigasi lainnya untuk mencegah longsor susulan. Yakni, dengan membersihkan material yang tidak stabil di sekitar retakan seperti bongkahan batu. Selain itu juga melakukan pentaan sistem drainase agar aliran air tidak bergerak secara bebas di permukaan.

Tak kalah pentingnya, Wahyu meminta perlu ada upaya meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan warga mengenai bencana gerakan tanah. Menurutnya, masyarakat yang tinggal di kawasan rentan bencana longsor harus ramah terhadap lingkungan dengan melakukan pemantuan rutin kondisi tahan.

Apabila terjadi hujan lebat, masyarakat diharapkan mengecek kondisi di atas lahan apakah terjadi retakan atau tidak.

“Jika ada retakan masyarakat diharapkan bisa segera melapor ke pihak berwajib dan  mengungsi ke tempat aman. Hanya saja masyarakat terkadang tidak aware, sudah tahu ada potensi longsor tapi tidak mengecek lingkungan sehingga memakan korban,” jelas Wahyu.

Disinggung mengenai kaitan dengan banjir di Kali Celeng. Wahyu menjelaskan, kejadian banjir disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, kondisi daerah aliran sungai (DAS) Kali Celeng memiliki elevasi antara 25-27 meter.

Kelerengan di daerah aliran sungai Kali Celeng berkisar antar 0° hingga 14°. Ditambah DAS tersebut merupakan pertemuan beberapa sungai yang mengalir ke selatan. Sehingga, saat inntesitas hujan tinggi, aliran sungai tidak dapat mengakomodasi debit puncah sehingga terjadi banjir.

“Jadi, kondisi geologi pada dataran banjir berupa endapan dengan kondisi tidak terkonsolidasi. Dengan adanya penutupan retakan dengan mengunakan material kedap air maka akan mencegah longsor susulan di Bantul,” terang Wahyu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES