Ini Tiga Gerakan Dakwah NU yang Menghilangkan Kekerasan Atas Nama Agama

TIMESINDONESIA, SUMENEP – Instruktur Nasional Pelatihan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU), K. A. Warist Umar, mengungkapkan ada tiga pola gerakan dakwah NU yang dapat menghilangkan kekerasan dalam beragama.
Tiga pola gerakan itu disampaikannya dalam kegiatan Jalsah Rajabiyah 1440 yang di adakan Majlis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor (MDS RA) Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP. Ansor Gapura di Aula Aswaja MWC NU Gapura, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Advertisement
Menurut Kiai Warist tiga pola gerakan tersebut: Pertama, Tazawaru Ba'dluhum Ba'dlo, Kedua; Tawashau Bil Haqqi Watawashau Bis Shabri, dan ketiga; Taqarrub Ilallah.
Pertama, Gerakan saling mengunjungi satu dengan yang lain (Tazawaru Ba'dluhum Ba'dlo). Di era milenial, saat orang lebih sering berdialog dengan media sosial, orang cendrung lupa bahwa lingkungan masyarakat sekitar butuh sentuhan dengan sesama juga.
Kerenggangan akibat tidak adanya kontak fisik bisa menimbulkan pemikiran negatif bila terjadi insiden-insiden tertentu. Karena itu saling mengunjungi menjadi pola gerakan yang akan bermanfaat utamanya pada mereka yang berbeda keyanikan dengan kita.
Kedua, saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran (Tawashau Bil Haqqi Watawashau Bis Shabri). Pola ini penting untuk dilakukan karena kita sebagai manusia harus menyadari bahwa khilaf dan benar juga milik kita sebagai makhluk. Kesadaran terhadap pentingnya nasehat dan sikap sabar menjadi salah satu penentu bagaimana menampilkan kehidupan keberagamaan santun dan ramah.
Ketiga, Mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub Ilallah). Bila semua usaha yang kita lakukan disandarkan pada keyakinan bahwa kewajiban makhkuk hanya berikhtiar sedangkan hasil adalah ketentuan takdir Allah atau iradahNya, maka tidak ada alasan untuk kita mempertahankan pendapat pribadi untuk dipaksakan. Semua usaha yang kita lakukan hanya semata-mata untuk mendapat ridlaNya.
"Kalau yang tiga pola itu di praktekkan saya yakin tidak ada kekerasan dan paksaan dalam beragama," kata kiai Warist.
Tiga model gerakan di atas harus tertanam pada kader-kader NU sehingga cita-cita pendiri bangsa ini bisa dilanjutkan dari generasi ke generasi lain. Kiai Warist yakin, bila bekal diatas tertanam pada diri Kader GP Ansor, IPNU, IPPNU, Muslimat, Fatayat, dan kader NU yang lainnya, keutuhan Negra Kesatuan Ripublik Indonesia (NKRI) yang di dalamnya bersemayam Islam Ahlussunnah Waljama'ah akan tetap jaya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Madura |