Peristiwa Daerah

Pegiat Sejarah Banyuwangi Prediksi Batu Bergurat Berasal dari Zaman Prasejarah

Selasa, 02 Juli 2019 - 22:40 | 226.41k
Warga sedang berusaha mengevakuasi batu bergurat. (Foto : Rizki Alfian/TIMES Indonesia)
Warga sedang berusaha mengevakuasi batu bergurat. (Foto : Rizki Alfian/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Komunitas sejarah Blambangan Kingdom X-Plorer (BKX) memperkirakan batu bergurat yang ditemukan di salah satu sungai di kawasan Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi berasal dari zaman prasejarah.

“Ini adalah sebuah penemuan yang luar biasa, unik dan menarik. Sebab baru kali ini ditemukan di wilayah Banyuwangi bagian barat. Dilihat dari bentuknya yang menyerupai Gong, kami perkirakan batu ini digunakan mulai zaman prasejarah,” ungkap Nur Wahid Aziz, anggota komunitas BKX, kepada TIMESIndonesia.

Advertisement

Menurut Wahid, berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan jika masuknya peradaban astronesia melalui wilayah selatan Banyuwangi. Sehingga jika ada penemuan baru melalui wilayah barat Banyuwangi, berarti perlu diteliti lebih lanjut karena polanya bisa berubah.

“Dilihat dari gaya tulisannya yang timbul seperti gaya tulisan pada masa Airlangga. Meskipun sampai saat ini kami belum bisa mengidentifikasi tulisan apa, tapi polanya mirip seperti batu prasasti. Biarlah para ahli yang mengidentifikasinya,” ujar pemuda yang punya nama lain Mas Anom Mahameru ini.

Sebelumnya, sebuah batu bergurat berdiameter sekitar 1,5 meter diamankan oleh Pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (2/7/2019) siang.

Batu yang ditemukan di sungai wilayah Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu tersebut diduga mempunyai nilai historis tinggi. Bagian luar batu tersebut terdapat sebuah guratan tulisan aksara kuno yang dinilai sebagai tulisan suci.

Ketua Pusat Koordinator (Puskor) Hindunesia Kecamatan Sempu, Kartijo menambahkan, tanda guratan di batu tersebut tertulis sebuah aksara kuno. Tulisan tersebut diduga sebagai guratan huruf-huruf suci.

“Hasil diskusi dari pakar sejarah kepenulisan, ada yang mengatakan Ra, ada juga Na tapi N titik diatas, dibaca Nya. Atau dalam bahasa Bali Nye,” ungkap Kartijo.

Ketua Puskor Hindunesia Kecamatan Sempu, Banyuwangi ini juga mengaku guratan tulisan tersebut mirip dengan Aksara Modre khas Bali dan Aksara Murda dari Jawa. Berdasarkan pengakuan spiritual Jro Mangku Ireng, di batu bergurat tersebut, guratan berupa tulisan itu ditulis oleh seorang pertapa, Ki Bagus Penyejeran.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES