Ibnu Hajar: Tradisi Dhemar Korong, Bukti Masyarakat Madura Welcome pada Budaya Luar

TIMESINDONESIA, SUMENEP – Sumenep-Tradisi Dhemar Korong dalam perayaan masyarakat Madura setiap musim haji tiba, dianggap sebagai wujud dari sikap masyarakat yang terbuka pada budaya luar. Hal itu diungkap oleh sastrawan muda Sumenep, Ibnu Hajar.
Menurutnya, tradisi Dhamar Korong yang berasal dari china namun tampak dalam setiap perayaan selamatan haji dalam masyarakat Madura, pertanda bahwa masyarakat Madura terbuka pada budaya luar.
Advertisement
Pada tahun 1980-an, tradisi dhemar Korong tidak hanya terjadi pada perayaan setiap musim haji saja. Tetapi setiap pesta yang dilakukan oleh masyarakat Madura, menggunakan Dhemar Korong sebagai penandanya.
Dalam perspektif kebudayaan, mengadopsi tradisi masyarakat china yang menjamur di Madura merupakan pertanda bahwa masyarakat Madura Welcome terhadap budaya apa pun.
Namun, budaya inklusif masyarakat Madura menurutnya tidak hanya dilihat dari faktor Dhemar Korong, tetapi juga tampak pada tradisi kuliner.
”Seperti pembuatan Soto, itu kan sebenarnya juga dari cina. Dan bagi saya, itu sah-sah saja. Saya menilainya itu merupakan bagian dari improvisasi masyarakat Madura terhadap kebudayaan luar tanpa menghilangkan identitas kemaduraannya," paparnya, Sabtu (6/7/2019).
Ibnu Hajar mengungkapkan Dhemar Korong biasanya dinyalakan pada malam hari. Mereka berharap sanak keluarga atau falimi yang berangkat ke tanah suci, kelak dapat menerangi angkasa, melawan gelap pekat malam. Sukur-sukur mampu menjadi matahari yang menerangi bumi dengan menjadi haji atau hajjah mabrur dan mabruroh. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Madura |