Peristiwa Daerah

Bambang Supriyanto, Saksi Hidup Pendiri Ju-Jitsu Indonesia

Kamis, 01 Agustus 2019 - 14:26 | 424.92k
Dua dari kiri Bambang Supriyanto (baju hitam) Ponorogo dan Bambang Suprijanto (tiga dari kiri baju Batik). Keduanya saksi hidup pendiri Ju-Jitsu.
Dua dari kiri Bambang Supriyanto (baju hitam) Ponorogo dan Bambang Suprijanto (tiga dari kiri baju Batik). Keduanya saksi hidup pendiri Ju-Jitsu.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Perguruan Beladiri Ju- Jitsu Bantaran Angin cukup familier di Ponorogo di masanya. Perguruan beladiri itu pernah berkembang pesat hingga keberbagai daerah. Bahkan Ju -Jitsu Bantaran Angin disebut sebagai cikal bakal terbentuknya Institut Ju-Jitsu Indonesia (IJI).

Ada 4 pendiri Ju - Jitsu, yakni almarhum Djuosua Pintor Maruhum Sintompol, Bambang Supriyanto, Bambang Suprijanto/Caesar, dan almarhum Firman Halomoan Pauba Sintompol.

Advertisement

Bambang Supriyanto berdomisili di Kabupaten Ponorogo. Sedangkan Bambang Suprijanto (Caesar) saat ini menjadi Profesor Doktor Radiologi di Fakultas Kedokteran Unair Surabaya.

Bambang-Supriyanto.jpg

Bambang Supriyanto, dengan usianya 70 tahun memang sudah tidak sekekar dulu. Perutnya pun nampak membucit. Kendati demikian fisiknya masih nampak kuat. Dia juga terlihat sehat dengan usainya sudah tidak muda lagi.

"Setiap hari saya masih rajin berolah raga, dan tetap menjaga pola makan," ungkapnya, Kamis (1/8/2019).

Supri sapaan akrabnya merupakan guru besar Ju -Jitsu Ponorogo mulai dari tahun 1963 sampai sekarang. ‘’Sudah saya kurangi gerakan - gerakan fisik kecuali senam jatuhan yang ada di Ju-Jitsu,’’ kata pemilik sabuk merah putih Dan X itu.

Kendati demikian ingatan Supri tak lekang dimakan usia. Sejumlah jurus beladiri asli Jepang yang digelutinya sejak tahun 1963 masih bisa dilakukannya, seperti teknik bantingan dan jatuhan. ‘’Ada tiga materi dasar dari ilmu Ju- Jitsu. Yakni titik lemah lawan, kuncian dan jatuhan,’’ terangnya. 

Supri, pemegang sabuk tertinggi di beladiri negeri sakura itu sudah menciptakan ratusan generasi Ju- jitsu. Ia bersama 3 sahabatnya mencetak atlet-atet Ju-jitsu lewat padepokan Ju -Jitsu Bantaran Angin di Ponorogo.

"Almarhum Djosua PM Sitompul dulunya mendirikan IJI (Institut Ju- Jitsu Indonesia) dan saya juga pernah jadi dewan pelatih IJI Jatim serta dewan penasehat IJI Pusat Jakarta semua bersertifikat,’’ terang Supri

Menduduki jabatan penting kala itu tidak membuat lupa daratan. Kecintaan Supri terhadap Ju- Jitsu tidak perlu diragukan lagi.

Supri bercerita, ia mendapat ilmu Ju -Jitsu dari seorang mantan tentara Heiho bernama R Soetopo saat masih setingkat SMA sebagai pelengkap. Lantaran ingin mengembangkan beladiri asal Jepang itu Supri bersama 3 sahabatnya lantas mendirikan Ju - Jitsu Bantaran Angin di Ponorogo. ‘’Perguruan malah berkembang pesat. Banyak tempat latihan baru dibuka di berbagai daerah,’’ kenangnya.

Semangatnya berlatih malah semakin menggebu. Dia pernah berjalan kaki Ponorogo-Saradan dengan membawa beban layaknya seorang tentara. Tes fisik itu kembali dilakukannya dengan rute Ponorogo-Pacitan (lorok). Supri juga mencatat pengalamannya dalam sebuah buku. ‘’Ju-Jitsu tidak selalu mengandalkan kekerasan. Dengan mengetahui titik lemah lawan maka dengan mudah bisa menguasai (lawan)nya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Ponorogo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES