Peristiwa Daerah

Dorong Kesejahteraan Petani, Dosen Poliwangi Ciptakan Alat Kristalisasi Gula Semut

Kamis, 08 Agustus 2019 - 13:56 | 176.70k
Dosen Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) Ciptakan Alat
Dosen Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) Ciptakan Alat
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) semakin menunjukkan prestasinya, kali ini dosen Poliwangi bernama Galang Sandy Prayogo, S.T., M.T. dari program studi D-IV Teknik Manufaktur Kapal bersama tim menciptakan mesin kristalisasi gula semut di Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur. 

Desa Kandangan dipilih, lantaran desa ini memiliki potensi perkebunan kelapa yang melimpah, dengan penghasil air nira yang banyak, produksi gula merah, dan produksi gula semut secara tradisional bertebaran di sudut desa.

Advertisement

Poliwangi-Alat-Gula-2.jpgProses Kristalisasi Gula Semut Menggunakan Alat Vaccum Evaporator (Foto : Roghib Mabrur/Times Indonesia)

Kegiatan mulia ini tergabung dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM), bersama dua dosen lainnya yakni Nuraini Lusi, S.Pd., M.T. dari program studi D-III Teknik Mesin dan Zulis Erwanto, S.T., M.T. dari program studi D-III Teknik Sipil serta bermitra dengan kelompok tani Prima Tani.

"Kelompok Prima Tani kendalanya itu diproses produksinya masih manual dan proses pengkristalisasinya gula semut itu lama, jadi awalnya kita membuat alat kristalisasi semi modern dengan wajan atau penggorengan tetapi belum berhasil, sehingga kita membuat alat kristalisasi baru bernama Vaccum Evaporator, yang fungsinya untuk menghilangkan kadar air dengan cepat, sehingga dari cair menjadi serbuk atau kristal," ujar Galang, Kamis (08/08/2019).

Galang menambahkan ada perbedaan signifikan jika menggunakan alat vaccum evaporator. Selain lebih efisien, alat ini mengurangi waktu proses pemasakan. Kalau manual 20 liter menghasilkan gula semut sebanyak 5 liter selama 7 jam, dibandingkan dengan menggunakan alat vaccum evaporator waktu proses produksinya hanya 3 jam.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk membina secara berkesinambungan serta memfasilitasi para pengusaha gula semut khususnya di Desa Kandangan agar dapat meningkatkan usaha mereka dan dapat menjadi usaha yang produktif dimana produknya dapat bersaing secara nasional dan menembus pasar ekspor.

Program-Kemitraan-Masyarakat.jpgProgram Kemitraan Masyarakat Dalam Kegiatan Penyuluhan Keamanan Pangan Di Balai Desa Kandangan, Pesanggaran, Banyuwangi (Foto: Roghib Mabrur/TIMES Indonesia)

Pemasaran produk gula semut terbilang masih minim Banyuwangi. Karena dari 50 liter atau 2 jeriken  nira, hanya bisa menghasilkan 5 kilogram gula semut tanpa bahan pengawet (non-sulfit). 

Pada hari Rabu tanggal 17 Juli 2019 Galang bersama tim menggelar kegiatan Penyuluhan Keamanan Pangan di Desa Kandangan, Pesanggaran, Banyuwangi yang bersumber dana dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun anggaran 2019. 

Narasumber penyuluhan keamanan pangan Winanto Hari Sasongko dan beberapa staf dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Jumlah peserta penyuluhan 21 orang dari kelompok Prima Tani, Pengusaha Gula Semut di Desa Kandangan, dengan Sudamto selaku ketua kelompok pengusaha gula semut "Prima Tani" dan Dadang Kurniawan selaku anggota Tim Pendamping Inovasi Desa (TPID).

"Program Pengabdian Kepada Masyarakat dari Politeknik Negeri Banyuwangi ini sangat membantu sekali dan kami sangat beruntung dapat dibina dan difasilitasi untuk pengurusan PIRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Karena selama produksi gula semut ini masih belum ada label dan perizinannya", Dadang menambahkan selaku pengusaha gula semut. 

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh tim PKM pada mitra yaitu kelompok pengusaha gula semut "Prima Tani" yang beranggotakan kurang lebih 20 orang, gula semut yang dihasilkan oleh mitra dijual melalui pengepul ke berbagai daerah dengan harga gula merah saat ini Rp 10.000/Kg sedangkan harga gula semut Rp 19.000/Kg (tanpa dikemas) dan Rp 25.000-35.000/Kg (dikemas). Kelompok Prima Tani saat ini hanya dapat memproduksi gula semut sekitar 20 Kg/hari. Hasil produksi tersebut masih kurang memenuhi permintaan pasar dikarenakan setiap tahapan proses produksi masih dilakukan secara tradisional (manual) dengan peralatan seadanya sehingga menyebabkan proses produksi gula semut kurang efektif dan efisien.

Hal itu juga memberikan dampak terhadap kualitas dan kuantitas gula semut yang dihasilkan kurang baik dan tidak mampu bersaing dengan produk gula yang lain.

"Hasil sosialisasi program kami, prospek perkembangan gula semut di Desa Kandangan sangat bagus untuk dikembangkan dan perlu adanya sentuhan teknologi berupa alat vaccum evaporator untuk kristalisasi air nira kelapa agar bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas gula semut", ujar Galang Ketua tim PKM. 

Poliwangi-Alat-Gula-3.jpgTim Pelaksana PKM Melakukan Serah Terima Alat dan Melakukan Kegiatan Pelatihan Operasional Alat Kepada Mitra Prima Tani (Foto : Roghib Mabrur/Times Indonesia)

Galang menambahkan juga dalam pengembangannya nanti diharapkan pada Kelompok Prima Tani mampu memberi inovasi produknya menjadi Gula Semut Herbal dari campuran ekstrak herbal seperti temulawak, jahe, cengkeh, kayu manis dan sejenisnya agar memiliki rasa khas selain rasa original gula semut itu sendiri.

Tim pelaksana PKM melakukan serah terima alat dan melakukan kegiatan pelatihan operasional alat kepada mitra. Mesin pengolah nira kelapa menjadi gula semut ini dirancang untuk kapasitas 50 liter nira dengan menggunakan bahan bakar gas untuk memanaskan nira.  Mesin ini mampu menghasilkan panas 50°C hingga 60°C.

Prinsipnya nira dimasukkan ke dalam sebuah tabung tanpa tekanan (vaccum) kemudian dipanaskan untuk memperoleh uap nira dan diperoleh sirup nira. Untuk menghilangkan udara di dalam tabung diperlukan motor dengan kapasitas 0,5 Hp untuk menggerakkan pompa hisap. Pemilihan pompa dengan kapasitas kecil dimaksudkan karena listrik di lokasi mitra masih menggunakan listrik dengan daya 900 watt.

Setalah didapatkan sirup nira (gula cair dengan nilai kekentalan 75%) kemudian dimasukkan ke dalam spinner yang dilengkapi dengan pemanas berbahan gas yang dapat dikendalikan. Mesin spinner berfungsi untuk meniriskan nira dengan prinsip gaya sentrifugal pada tabung hingga diperoleh butiran-butiran gula semut Kristal yang berbentuk seragam. Bahan dasar pembuatan mesin adalah plat stainless dengan tebal plat kurang lebih 3 mm.

Untuk memproduksi gula kelapa kristal /gula semut dilakukan beberapa tahapan proses produksi antara lain penyadapan atau pengambilan nira dari pohon kelapa, penyaringan nira, pemasakan nira pada suhu 110-120 oC selama kurang lebih 4 jam sampai menghasilkan cairan kental, lalu dimasukkan ke alat vaccum evaporator untuk proses kristalisasi, kemudian proses pengeringan untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada gula kristal sampai sekitar 2-5%.

Proses ini dapat dilakukan dengan cara memanaskan gula serbuk di bawah sinar matahari. Tahapan berikutnya adalah pengayakan atau penyaringan gula kristal menjadi butiran-butiran yang lebih halus dan mengurangi penggumpalan. Dan tahapan terakhir yaitu pengemasan menggunakan packaging kantong plastik dan diberi label sesuai standar Dinas Kesehatan.

Narasumber penyuluhan keamanan pangan, Winanto Hari Sasongko berharap kerjasama antara Poliwangi dengan kemitraan petani terus terjalin dengan baik, agar saling berbagi ilmu dan pengalaman kedua pihak guna meningkatkan produk yang berkualitas. "Dari hasil penyuluhan ini diharapkan para peserta mengerti akan pentingnya keamanan pangan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, dan nantinya akan kami visit langsung lokasi produksi pembuatan gula semut di salah satu rumah dari kelompok masyarakat pengusaha gula semut," ujarnya. (adv)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES