Resmi Haji, Jemaah Indonesia Tasyakuran Ganti Nama

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Setelah melaksanakan rangkaian ibadah haji terutama wukuf di Padang Arafah, mabit di Muzdalifah, lempar jumrah, towaf ifadoh dan sai, para Jemaah Haji Indonesia (JHI) resmi menjadi haji atau hajjah. Namun, gelar haji ini hanya populer dan akrab di Indonesia. Bahkan di Indonesia mereka ramai-ramai mengganti nama sesuai dengan hasil konsultasi dengan kiai atau ulama yang menjadi pembimbing haji.
Pemberian gelar haji ini memang tergolong unik karena hanya ada di Tanah Air. Di luar negeri seperti di Arab Saudi dan negara muslim lainnya jarang digunakan.
Advertisement
Para jemaah haji asal Indonesia secara bergantian dari Rabu (14/8/2019) hingga hari Jumat (16/8/2019), menggelar tasyakuran haji, sekaligus tasyakuran nama baru mereka. Syukuran dilakukan dengan menggelar acara sederhana, yakni doa, dan makan bersama dengan menu nasi bukhori dan ayam panggang serta lalapan.
Pembimbing ibadah haji yang juga karom 9 kloter 61, Akhmad Basori, Kabupaten Mojokerto mengatakan, pada dasarnya mereka yang telah menyelesaikan semua rukun dan wajib dengan sempurna ibarat bayi baru lahir.
''Banyak jemaah yang konsultasi untuk mengganti namanya setelah menyelesaikan rukun dan wajib haji," katanya saat dihubungi TIMES Indonesia.
Misalnya, lanjut Basori, Hj. Siti Rochanana semula adalah Rochana hanya menambah Siti. Ada juga Karni menjadi Umi Salamah Karni. Yang artinya ibu yang selamatnya pendengarnya. Untuk yang laki- laki nama asli Kaseli di ubah namanya menjadi Haji Muhammad Kamali.
"Setelah itu, mereka (jemaah) menghubungi sanak keluarga di tanah air untuk membuat spanduk atau tulisan selamat datang, diletakkan di depan rumahnya di kampung, yang sebentar lagi akan pulang usai menunaikan ibadah haji," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Mojokerto |