Peristiwa Daerah

Dosen UGM Apresiasi Pelaksanaan Pertunjukan Rutin Reog di Desa-desa

Kamis, 29 Agustus 2019 - 10:14 | 53.24k
Lono Lastoro Simatupang dalam Dialog Budaya Ponorogo. (FOTO: Marhaban/ TIMES Indonesia)
Lono Lastoro Simatupang dalam Dialog Budaya Ponorogo. (FOTO: Marhaban/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Reog Ponorogo telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia sejak tahun 2013 sedangkan pengajuannya sebagai warisan budaya pada UNESCO masih berlangsung hingga kini.

Lono Lastoro Simatupang pada Dialog Budaya Ponorogo, Kamis, (29/8/2019) menjelaskan, yang dimaksud dengan warisan budaya tak benda, UNESCO memahami warisan budaya tak benda sebagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan - termasuk instrumen, objek, dan ruang budaya yang terkait dengan reog Ponorogo.

Advertisement

"Warisan budaya tak benda ini diteruskan dari generasi ke generasi senantiasa dicipta ulang dan memberi rasa identitas yang berkelanjutan," tutur Lono yang merupakan dosen dan Sekretaris Program Studi S1 Antropologi di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. .

Lono,  yang sudah melakukan penelitian tentang keberadaan reog Ponorogo  pada tahun 90- an menegaskan, mengikuti prinsip UNESCO, Indonesia tidak perlu was-was terhadap perkembangan moda-moda pergelaran reog, yang diperlukan adalah memelihara jalinan ikatan pertumbuhan kreatif dengan moda-moda pergelaran reyog terdahulu, "Hanya dengan cara tersebut maka kita benar-benar memperlakukan kesenian reog Ponorogo sebagai warisan budaya yang hidup," terangnya.

Kepada TIMES Indonesia, Lono juga angkat jempol dan sangat mengapresiasi ide bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni agar setiap tanggal 11 setiap bulannya seluruh desa-desa di Ponorogo menggelar reog. Ini mendandakan bahwa Bupati Ipong punya prinsip bahwa budaya bukanlah suatu properti yang kepemilikannya dapat dibatasi, dapat dipindah tangankan lewat jual beli ataupun peminjaman. Ide bupati Ipong telah menumbuhkan rasa ikut memiliki dalam  diri orang Ponorogo, "Dengan cara seperti itulah orang-orang Ponorogo dapat mengglobalkan reog atau me-reog-kan dunia," jelas Lono Lastoro. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Ponorogo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES