Ketua ISNU Kota Blitar: Referendum adalah Makar Apabila Jelas Tujuan dan Motifnya

TIMESINDONESIA, MALANG – Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Blitar Dr Dian Ferricha SH MH menegaskan bahwa aksi referendum adalah makar apalabila tujuan dan motifnya jelas. Misalnya, ada serangan yang dapat menggulingkan pemerintahan atau tidak.
“Nah, ini harus diketahui jelas dulu unsur-unsurnya. Kalau hanya aksi protes semata yang dihimpun oleh para mahasiswa untuk melakukan otokritik, bagi saya sah-sah saja untuk evaluasi kita bersama bahwa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Doktor Ilmu Hukum Universitas Brawijaya ini menjelaskan.
Advertisement
Icha, sapaannya. sangat menyayangkan pihak-pihak yang mudah terprovokasi saat melihat suatu fenomena. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sambungnya, sudah final dan tidak bisa dinego lagi sesuai kesepakatan bersama.
“Jangan sampai kita mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, sehingga rusaklah benteng kedaulatan negara kita,” jelas perempuan yang berkacamata ini kepada TIMES Indonesia, Sabtu (31/8/2019) malam.
Saat ditanya soal massa aksi di Papua yang menuntut referendum, kata Icha, harus dilihat dulu secara jelih dan teliti. Semua pihak diminta tidak tergesa-gesa mengambil kebijakan.
Masih menurut Icha, sebuah aksi akan menjadi bernilai berbeda ketika aksi serentak dan terus-menerus serta memenuhi unsur-unsur tindak pidana makar. Hal tersebut mengacu kepada hukum sebagaimana disebutkan di KUHP Bab tentang Kejahatan terhadap Keamanan Negara.
“(Referendum Papua) Ini tindakan makar atau bukan, harus didalami lebih lanjut. Jangan tergesa-gesa karena jika tindakan tersebut dikategorikan makar, maka bagi oknum atau sekelompok orang tersebut dapat dijatuhi pidana penjara puluhan tahun bahkan seumur hidup,” kata tokoh yang pernah menjadi narasumber FGD DPD RI di Kompleks Sekretariat Jenderal DPR-MPR-DPD RI, Senayan, Jakarta, Juli 2019 lalu.
Perempuan kelahiran Malang ini mengapresiasi langkan pemerintah yang sigap dan tegas. Terutama saat pemerintah secara jelas menunjukkan political will yang bagus. Masih menurut Icha, aparat juga sudah menindak tegas oknum yang dianggap sebagai provokator dalam aksi di Papua beberapa waktu lalu.
“Bagi saya, pemerintah sudah hadir dalam menyikapi masalah ini. Beberapa kepala daerah yang menjadi lokus masalah sudah menyatakan permintaan maaf apabila ada sikap yang selama ini kurang tepat bagi masyarakat Papua,” pungkasnya.
Ia berharap masyarakat Indonesia tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. “Saling menghormati antar sesama. Jangan sampai ada rasisme di NKRI ini karena rasisme selain melanggar hukum dan HAM juga dapat merusak bangsa kita,” tegas Icha.
“Saya sependapat dengan ajaran Bung Karno yang menyaring Pancasila jadi trisila dan disaring lagi jadi eka sila yakni gotong royong. Karena negara tidak akan besar tanpa gotong royong sebagai cerminan sila ke-3 dari Pancasila. Tanpa adanya persatuan, maka tercerai berailah bangsa ini,” bebernya.
Ketua ISNU Kota Blitar ini mengibaratkan seperti sapu lidi. “Ketika satuan lidi diikat menjadi satu maka menjadi sapu yang kokoh untuk dapat membersihkan kotoran dan debu. Begitu juga negara ini. Jika kita saling bersatu, maka kuatlah negara ini,” katanya menyoal referendum Papua yang akhir-akhir ramai diperbincangkan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Malang |