Larungan Telaga Ngebel Tradisi Syukuran Masyarakat Ponorogo

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Larungan Telaga Ngebel bisa diartikan sebagai bentuk kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahnya kepada umatnya, demikian diungkapkan Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni di sela-sela acara larungan telaga Ngebel Ponorogo, Minggu, (1/9/2019).
Ipong juga menjelaskan rasa syukur kepada Tuhan bisa diapresiasikan dengan cara apa saja, "Seperti halnya larungan ini sebagai bentuk tradisi yang menggambarkan rasa syukur masyarakat kepada sang penciptanya," terangnya.
Advertisement
Sebagai masyarakat Jawa yang punya berbagai macam adat atau tradisi, banyal kegiatan yang dituangkan dengan berbagai simbol,
"Semisal sedekah bumi dengan hasil panen melimpah biasanya wujud kesyukurannya dibagikan kepada masyarakat lain atau dilarungkan di laut atau di telaga seperti ini," jelas Ipong.
Bumi, Laut, dan sungai adalah ciptahan Tuhan Yang MahaEsa, "Dan ini adalah satu bentuk komunikasiantara manusia dengan Tuhannya dan Larungan ini sebagai bentuk sykur yang dikemas dalam tradisi," pubgkas Ipong Muchlissoni.
Larunga Telaga Ngebel masih termasuk rangkaian perayaan Grebeg Suro menyambut tahun baru Islam 1441 Hijriah dan peringatan Hari Jadi Ponorogo ke 523.
Hadir dalam acara Larungan Telaga Ngebel tersebut, selain bupati dan wakil Bupati Ponorogo, juga Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Christiyati Ariyani, jajaran Forkopimda Ponorogo, dan kepala OPD pemkab Ponorogo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Ponorogo |